Skip to main content

Menerapkan Program Pencegahan Penyakit Aneka Ternak

PENCEGAHAN PENYAKIT ANEKA TERNAK - Setelah selesai pembelajaran peserta didik diharapkan memahami dan mampu melakukan pencegahan penyakit aneka ternak sesuai dengan metode dan prosedur yang baik dan benar.

Gambar 6.1 pencegahan penyakit pada sapi
Sumber: https://www.antarafoto.com/mudik/v1519994705/cek-kesehatan-ternaksapi

Menerapkan Program Pencegahan Penyakit Aneka Ternak

Upaya pemeliharaan kesehatan hewan ternak, menurut UU No.18 Tahun 2009 pasal 39 dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
  1. Peningkatan kesehatan ternak (promotif), yakni upaya yang bertujuan untuk menjaga atau meningkatkan status kesehatan ternak, misalnya dengan penerapan manajemen peternakan yang baik. Contoh: pemberian pakan/minum yang cukup, kebersihan kandang, dan lain-lain.
  2. Pencegahan penyakit ternak (preventif), yakni upaya pencegahan penyakit ternak agar ternak tidak mudah terserang penyakit. Misalkan dengan melakukan vaksinasi (kalau di manusia imunisasi), seperti vaksinasi Anthraks, Vaksinasi SE (Septicemia Epizootica) atau penyakit ngorok pada sapi.
  3. Catatan: Vaksinasi tidak boleh dilaksanakan pada daerah yang bebas penyakit. Contoh: Kabupaten Bintan dan beberapa daerah di Kepri, secara historis bebas penyakit hewan/ternak menular.
  4. Penyembuhan penyakit ternak (kuratif), yakni upaya yang dilakukan ketika ternak mengalami jatuh sakit, misalnya pemeriksaan dokter hewan, pengobatan dan tindakan medis lainnya.
  5. Pemulihan kesehatan ternak (rehabilitatif), yakni upaya pemulihan kesehatan ternak setelah ternak jatuh sakit, terutama jika terjadi disfungsi organ tubuh misalnya terjadi kecacatan pada tubuh ternak, seperti ternak mengalami patah kaki sesaat setelah diangkut, atau ternak mengalami hipocalsemia (ambruk/tidak mau berdiri setelah melahirkan), dan lain-lain.

A. Pengertian

Tindakan pencegahan bertujuan untuk menekan angka kesakitan (morbidity rate) dan angka kematian (mortality rate) serta menjaga agar status kesehatan ternak dipertahankan/ditingkatkan. Sedangkan tindakan pengendalian lebih ditujukan kepada usaha-usaha agar penyakit tidak menyebar/tertular ke ternak sehat lainnya.

Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit dapat diterapkan beberapa metode yaitu : menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin, melakukan vaksinasi secara teratur. Pada saat terjadi wabah maka tindakan biosecurity juga merupakan hal yang penting dan wajib untuk dilakukan, disamping melakukan isolasi terhadap ternak yang menderita serta memperketat lalulintas ternak dan karantina di daerah tertular untuk menghindari terjadinya letupan penyakit yang lebih luas.

1. Sanitasi dan desinfeksi kandang

Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Prinsip-prinsip sanitasi bertujuan untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang baik bagi ternak yang dipelihara.

Risiko terjadinya penyakit pada ternak dipengaruhi oleh interaksi antara tiga komponen yaitu ternak, lingkungan dan agen penyakit. Untuk itu, prinsip-prinsip sanitasi diupayakan untuk selalu diterapkan pada setiap tahap kegiatan unit usaha yang berkaitan dengan proses pembibitan, pemeliharan, dan pengolahan hasil produksi.

Desinfeksi adalah upaya penyingkiran atau penghancuran kuman. Upaya ini memerlukanp engetahuan dan pemahaman yang jelas tentang cara dan bahan yang tersedia, serta penerapannya yang baik. Panas sinar matahari merupakan desinfeksi yang paling baik untuk menghancurkan dan membunuh kuman yang mencemari alas kandang dan peralatan kandang. Beberapa kuman dapat dimatikan dengan hembusan udara panas.

Untuk seluruh areal peternakan dan peralatan kandang baiknya selalu dibersihkan dan alat-alat dapat dijemur di bawah terik matahari. Manajemen sanitasi dan desinfeksi kandang yang baik tetap menjadi syarat yang mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci pengendalian penyakit yang berkesinambungan. Kandang dan peralatannya merupakan salah satu sarana pokok yang penting yang ikut berperan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu usaha peternakan.

Untuk itu beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kandang, baik dari kotoran-kotoran maupun dari kuman-kuman atau bibit penyakit. Kandang yang sehat dan bersih akan memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan ternak yang dipelihara.

2. Biosecurity

Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem usaha ternak dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas. Bagi sektor peternakan di tingkat pedesaan, istilah dan pelaksanan biosecurity masih sangat relatif baru sehingga konsep ini belum banyak diterapkan.

Hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh.

Penerapan biosecurity ditingkat peternak yang hanya memelihara ternaknya sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha pokok merupakan hal yang menghambat program biosecurity itu sendiri. Pada hal untuk level ini, peranan biosecurity sangat mampu dalam hal memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga sekitar dan juga bagi ternak yang ada disekitar lokasi dimaksud.

3. Isolasi ternak sakit.

Ternak yang menderita sakit harus secepat mungkin dipisahkan dari kelompoknya agar dapat mengurangi risiko penularan terhadap ternak yang lain. Selama berada di kandang isolasi, hewan penderita diberi pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada.

Ternak diobservasi/ diamati sampai memperlihatkan apakah ternak tersebut sembuh atau tidak. Jika dalam masa perawatan ternak mati maka harus dikubur atau dibakar serta segera diberikan tindakan-tindakan pengendalian lainnya sesuai dengan kasus penyakit yang diderita untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang lebih luas.

4. Vaksinasi

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti SE, Anthrax, Brucellosis, Colibacillosis, PMK, dan sebagainya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi secara teratur setiap tahun. Vaksinasi memberikan manfaat jika dilakukan secara teratur pada ternak yang sehat dengan usia yang sesuai dosis dan cara pemberian yang benar.

Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi, hanya sedikit memberikan manfaat pada kejadian atau keparahan suatu penyakit. Dengan demikian berbagai metode pengendalian atau pencegahan penyakit umumnya saling berkaitan satu dengan yang lain. Kombinasi antara beberapa jenis metode pencegahan/pengendalian penyakit memberikan dampak yang lebih baik terhadap pengendalian penyakit ternak yang lebih luas.

B. Kontrol Kebersihan Ternak, Kandang dan Lingkungan

Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para pemilik ternak adalah menjaga kebersihan kandang tempat hewan-hewan ternaknya tinggal. Pentingnya kebersihan kandang ternak ini akan sangat berpengaruh pada kesehatan penghuninya.

Kebersihan merupakan hal pokok yang jangan sampai diabaikan. Hajat hidup hewan ternak salah satunya sangat bergantung pada tempat tinggalnya. Maka penting kiranya menjaga kebersihan untuk menjaga kesehatan. Kewajiban peternak sebagai pemilik ternak harus mendahulukan kebersihan kandang tersebut agar kualitas ternak juga dapat terjaga.

Adapun cara yang bisa digunakan untuk menjaga kebersihan kandang ternak dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut antara lain:

1. Memastikan desain kandang mudah dibersihkan

Selain harus mencari tempat terbaik untuk meletakkan hewan ternak peliharaan Anda, hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah desain kandang. Desain ini berpengaruh pada proses pembuangan faeses hewan dan langkah-langkah pembersihannya.

Dengan demikian memperhatikan desain kandang agar memudahkan pembersihan akan meminimalisasi hadirnya bibitbibit penyakit dan bau yang tidak diinginkan. Tempat terbaik untuk meletakkan kandang itu sendiri adalah jauh dari keramaian agar ternak tidak mudah stres atau depresi akibat adanya keramaian.

2. Membuat jadwal pembersihan

Jika tempat dan desain sudah Anda pikirkan dengan matang, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah membuat jadwal khusus untuk membersihkan kandang. Pastikan rutin membersihkan kandang agar tidak ada bau busuk yang menyengat. Selain itu agar hewan-hewan juga terhindar dari kuman-kuman yang bisa saja timbul karena kurang bersihnya kandang.

Akan tetapi jangan sampai membersihkan kandang ternak pada waktu pagi atau siang hari karena pada waktu tersebut biasanya ternak sedang mengalami aktivitas metabolisme. Jadi buatlah jadwal pembersihan pada sore hari. Hal itu akan membuat ternak lebih nyaman.

3. Rutin pemberian vaksin

Hal yang tidak bisa diabaikan adalah pemberian vaksin rutin pada hewan ternak. Vaksin diberikan kepada ternak baik unggas, kambing, sapi atau ternak lainnya. Tidak hanya ketika sakit tetapi vaksin diberikan sebagai salah satu wujud pencegahan dari penyakit-penyakit dan kuman.

C. Perencanaan Penggunaan Vaksin Dan Vitamin

Tentu kita pernah mendengar kata vaksinasi ? Mengapa ternak harus divaksin? Pada manusia istilah ini umum dikenal dengan istilah immunisasi. Anakanak secara teratur dan berkala diberikan immunisasi terhadap penyakit-penyakit tertentu. Setelah dilakukan immunisasi harapannya anak tersebut tidak akan terserang penyakit yang telah diberikan imunisasi.

Istilah lain yang lebih umum di dunia peternakan adalah vaksinasi. Vaksinasi merupakan upaya yang dilakukan agar ternak tidak terserang suatu penyakit. Vaksinasi ini dilakukan agar tubuh mengenal suatu bibit penyakit dan kemudian tubuh akan membentuk zat kebal terhadap bibit penyakit tersebut.

1. Sistem Pertahanan Tubuh Pada Ternak

Setiap saat setiap individu harus mempertahankan hidupnya dari serangan yang tidak dikehendaki yang bisa menyebabkan individu tersebut sakit. Penyebab sakit ini bisa bermacam-macam dari bakteri, virus, parasit atau sel dari dalam individu yang berkembang secara tidak normal.

Sistem pertahanan tubuh yang mempunyai tugas melawan terhadap serangan tersebut dikenal sebagai sistem kekebalan. Sistem ini bertanggung jawab untuk melindungi tubuh hewan terhadap mikroorganisme dan kuman. Sistem pertahanan tubuh juga memainkan peran dalam penyembuhan hewan dari penyakit dan cedera.

Bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh harus melewati rintangan eksternal yaitu kulit dan lapisan lendir yang menutupi permukaan tubuh. Secara normal kulit yang masih utuh tidak dapat ditembus bakteri dan virus kecuali ada goresan atau luka meskipun sangat kecil memungkinkan adanya invasi bakteri atau virus. Selaput lendir saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan salulan urogenital menghalangi masuknya mikroba yang membahayakan.

Selain merintangi secara fisik, selaput lendir juga menghalangi secara kimiawi. Mekanisme pertahanan secara kimia dapat terjadi dengan bermacam-macam cara antara lain :
  • Sekresi kelenjar minyak dan kelenjar keringat akan memberikan suasana lingkungan asam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
  • Sekresi air mata, air liur, mukosa yang terus menerus membasahi epitel mengandung antimikroba yang disebut lisozim. Enzim ini mencerna dinding sel bakteri sehingga merusak bakteri yang memasuki saluran pernapasan atas.
  • Mukus , merupakan cairan kental yang disekresikan oleh sel-sel membran mukosa akan menjerat mikroba dan partikel lain yang kontak dengan mucus ini yang kemudian akan disapu keluar oleh silia dalam saluran pernapasan.
  • Asam lambung. Mikroba yang masuk saluran pencernaan akan menghadapi suasana yang sangat asam di lambung. Asam akan merusak mikroba sebelum mencapai usus.
2. Vaksinasi

Kekebalan dapat diperoleh secara alamiah akibat kesembuhan dari suatu penyakit infeksi yang disebut kekebalan aktif ( active immunity). Kekebalan aktif dapat juga diperoleh akibat imunisasi atau vaksinasi. Vaksinasi merupakan usaha untuk merangsang timbulnya kekebalan pada individu hewan terhadap penyakit tertentu. Sedangkan pengertian vaksin adalah suatu produk biologi yang berisi sejumlah mikroorganisme sebagai suatu penyebab suatu penyakit.

Agen penyakit tersebut tidak mampu lagi menyebabkan penyakit, tetapi masih tetap mempertahankan  kemampuan untuk bertindak sebagai antigen yang dapat merangsang suatu respon kekebalan dan yang paling penting merangsang memori imunologis. Hewan yang sudah divaksinasi, saat menghadapi patogen sesungguhnya akan mempunyai respon kekebalan sekunder yang cepat berdasarkan sel memori yang sama seperti hewan yang sebelumnya telah pernah terserang penyakit tersebut.

Antibodi dapat dipindahkan dari satu individu ke individu lain dan inilah yang disebut kekebalan pasif (passive immunity). Hal ini bisa terjadi secara alamiah ketika sedang menyusui anaknya. Antibodi tersebut akan disalurkan melalui air susu khususnya pada awal masa sekresi yang disebut kolustrum. Pemindahan kekebalan ini bisa juga terjadi lewat plasenta pada saat bunting dan juga lewat ovarium pada unggas.
Kekebalan pasif ini hanya bertahan selama antibodi itu bekerja. Kekebalan pasif dapat juga dipindahkan secara buatan dengan menyuntikkan antibodi dari hewan yang telah kebal terhadap suatu penyakit terhadap hewan lain. Kekebalan ini hanya memberikan perlindungan jangka pendek. Tetapi kekebalan yang diberikan bersifat cepat. Induk ayam dengan antibodi NDV diturunkan pada turunannya melalui kuning telur dan antibodi tersebut akan bertahan sampai 4,5 hari setelah penetasan.

Tabel 6.1 Contoh program vaksinasi

Vaksinasi umumnya dilakukan untuk mencegah serangan penyakit yang disebabkan virus. Vaksin dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
  • Virus hidup (vaksin aktif) adalah vaksin yang berisi virus hidup yang telah dilemahkan, akan tumbuh dan berkembang biak di dalam tubuh ternak.
  • Vaksin mati (vaksin inaktif) adalah vaksin yang berisi virus atau bibit penyakit dalam keadaan mati.
Mikroorganisme dalam vaksin akan mati apabila disimpan pada suhu panas atau terkena sinar matahari langsung.

Program vaksinasi merupakan tindakan yang paling baik dalam rangka mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi merupakan garis pertahanan pertama yang paling utama dalam melindungan hewan dari serangan penyakit. Namun demikian bukan berarti boleh mengabaikan manajemen pengelolaan kandang. Vaksinasi yang dilakukan dengan benar akan diperoleh hasil yang baik karena program vaksinasi yang dilakukan secara benar akan menjaga kondisi kesehatan hewan dengan cara pembentukan antibodi.

Program vaksinasi berbeda-beda tergantung dari situasi kondisi di lingkungan peternakan tersebut. Peternakan yang satu bisa berbeda program vaksinasinya dengan peternakan yang lainnya. Demikian juga program vaksinasi pada unggas akan berbeda dengan program vaksinasi pada hewan ruminansia.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam vaksinasi, yaitu jenis vaksin, metode vaksinasi, dosis vaksin, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin, dan cara penyimpanan vaksin.

a. Vaksinasi pada Unggas.

Industri peternakan unggas saat ini (modern) menuntut tingkat produktivitas maksimal sehingga memaksa para ahli untuk menciptakan unggas dengan tingkat pertumbuhan daging atau produktivitas telur yang tinggi. Namun kondisi ini tidak diimbangi dengan perkembangan sistem kekebalan tubuh yang memenuhi syarat seiring dipacunya produktvitas tersebut. Setiap unggas yang dipacu untuk berproduksi tinggi akan berakibat timbulnya kondisi stres, konsekuensinya adalah semua unggas modern dapat dipastikan mengalami tingkat stres yang tinggi.

Bercermin dari situasi dan kondisi tersebut tidak mengherankan apabila unggas (breeder, layer atau broiler) pada saat ini sangat mudah terserang penyakit atau sering mengalami kegagalan dalam pembentukan kekebalan/vaksinasi. Untuk menjawab tuntutan dan mengatasi kondisi yang tidak kondusif tersebut, diperlukan terobosan/inovasi baru agar industri unggas modern dapat mengatasi kerugian akibat kurang mampunya unggas memproduksi tingkat kekebalan yang protektif.

Secara umum, sistem kekebalan adalah suatu mekanisme makhluk hidup/hewan untuk melindungi dirinya dari benda asing yang bersifat patogen sehingga tidak menimbulkan penyakit. Banyak faktor yang memengaruhi tingkat kekebalan unggas, seperti status kesehatan, kualitas pakan, lingkungan dsb. Kekebalan dapat dibentuk dengan memasukkan kuman patogen secara terukur/terkendali sehingga tubuh merespon untuk membentuk zat kebal yang dapat bersifat spesifik (bekerja terhadap agen patogen yang sama) ataupun nonspesifik (bekerja terhadap semua agen patogen).

Ketika patogen masuk ke dalam tubuh ungags maka sel-sel makrofag, heterofil dan monosit akan memakannya, menguraikan serta menyajikannya berupa protein Antigen (Ag) dari sel patogen. Selanjutnya sel Limfosit-T akan membawa protein Ag tersebut menuju organ pembentuk antibodi (bursa fabricius, limpa dan lain-lain) dan melalui zat interleukin maka disampaikan informasi agar organ-organ tersebut memproduksi zat kebal (antibodi). Antibodi bekerja secara spesifik, sesuai dengan jenis patogen yang ditangkap oleh makrofag (mekanisme kunci-gembok).

Salah satu cara yang populer saat ini untuk meningkatkan kekebalan adalah dengan vaksinasi. Seiring peningkatan infeksi lapang dan tingkat kebutuhan industri unggas modern, pemberian vaksinasi saja tidaklah mencukupi karena vaksinasi hanya bertanggung jawab terhadap kekebalan spesifik. Secara sederhana. Sistem kekebalan spesifik hanya dibutuhkan apabila sistem kekebalan nonspesifik tidak mampu memberikan perlindungan yang cukup.

Selain itu tingkat antibodi (kekebalan spesifik) yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan unggas dan kesiapan sistem kekebalan non-spesifik dalam menunjang proses terbentuknya antibodi. Oleh karena itu untuk memaksimalkan sistem kekebalan unggas dapat dilakukan dengan cara melibatkan kedua sistem kekebalan yang ada, yaitu kekebalan spesifik dan nonspesifik agar dapat bekerja optimal dalam melindungi unggas dari infeksi patogen.

Program vaksinasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di kalangan peternak ayam petelur. Mengapa? Seperti kita ketahui bersama, ayam petelur mempunyai jangka waktu hidup yang lebih lama dibandingkan dengan ayam pedaging yang notabene hanya 1 bulan dan langsung dipanen.

Berbeda dengan ayam ras petelur; termasuk ayam kampung petelur yang akan diafkir setelah 2 tahun. Oleh karenanya peternak wajib melakukan vaksinasi untuk menjaga kesehatan ayam sehingga akan didapatkan ayam layer yang sehat, mampu bertelur dalam rentang waktu sekitar 1-2 tahun dan menghasilkan telur yang berkualitas selama ayam dalam masa produktif .

Banyak di kalangan peternak yang berpikir bahwa vaksin membutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga sering seadanya atau bahkan ditiadakan sama sekali. Padahal jika vaksinasi dilakukan secara benar maka akan diperoleh hasil yang lebih baik dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan karena program vaksinasi yang dilakukan secara benar akan menjaga kondisi kesehatan ayam dengan cara pembentukan antibodi.

Terdapat berbagai macam cara vaksinasi pada ternak ayam ras. Peternak dipersilakan untuk memilih cara vaksinasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi ayam, umur ayam, dan ketersediaan vaksinnya. Beberapa cara vaksinasinya adalah sebagai berikut :

1) Tetes mata atau hidung

Cara vaksinasi ini umumnya dilakukan pada ternak ayam yang masih berumur beberapa hari, misalnya 4 hari. Larutan vaksin yang digunakan dalam larutan dapar. Cara vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara memegang ayam dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang botol vaksin. Botol vaksin jika sudah menghadap ke bawah, diusahakan jangan dibalik menghadap ke atas lagi. Teteskan larutan vaksin pada salah satu mata satu tetes tiap ekor.

Jika vaksin sudah masuk, ayam akan mengedipkan mata berkali-kali. Dalam pelaksanaannya misalnya kita meneteskan pada mata sebelah kanan, untuk ayam yang lainnya juga diteteskan pada mata sebelah kanan juga. Hal ini dilakukan untuk memudahkan identifikasi. Jika menggunakan tetes hidung, maka teteskan larutan vaksin pada salah satu hidung dan lubang yang lain ditutup. Jika vaksin sudah terhirup, kemudian ayam dilepaskan.

2) Tetes mulut

Cara vaksinasi tetes mulut juga tidak jauh berbeda dengan vaksinasi tetes hidung maupun tetes mata. Tahap pertama yang dilakukan adalah melarutkan larutan vaksin dengan larutan dapar kemudian dikocok dan diusahakan tidak sampai berbuih. Larutan vaksin tersebut kemudian diteteskan pada mulut ayam satu tetes tiap ekor. Jika sudah masuk, kemudian ayam dilepaskan.

3) Air minum

Vaksinasi menggunakan air minum merupakan vaksinasi yang dilakukan pada ayam dengan cara memuasakan minum ayam selama kurang lebih 2 jam. Jika suasana panas maka waktu pemuasaan air minum dapat dipersingkat. Kemudian sediakan air minum dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan proses vaksinasi. Diusahakan air minum yang digunakan aquades. Cara pencampuran vaksin dilakukan sesuai dengan petunjuk vaksin yang dibeli. Kemudian jika vaksin sudah tercampur dengan air minum larutan tersebut diberikan pada ternak sebagai vaksin air minum.

4) Injeksi atau suntikan

Cara vaksinasi injeksi atau suntikan dapat menggunakan vaksin aktif maupun vaksin nonaktif. Vaksinasi ini menggunakan jarum yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan cara direbus menggunakan air mendidih selama kurang lebih 30 menit. Kemudian cara vaksinasi dapat dilakukan intramuskuler (di dalam otot), intravena (ke dalam vena) atau subkutan (di bawah kulit).

5) Tusuk sayap atau wing web

Cara vaksinasi ini menggunakan alat khusus berupa jarum penusuk. Seperti biasa, jarum penusuk harus disterilkan terlebih dahulu dalam air mendidih selama kurang lebih 30 menit. Larutan vaksin yang akan digunakan dikocok dan diusahakan jangan sampai berbuih. Celupkan jarum penusuk ke dalam larutan vaksin, kemudian tusukkan jarum pada sayam ayam yang telah direntangkan. Diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang tipis dan jangan sampai mengenai tulang, otot dan pembuluh darah.

6) Semprot atau spray

Cara vaksinasi ini hampir sama dengan jika kita melakukan sanitasi kandang, yakni menggunakan alat semprot (sprayer). Diusahakan sprayer untuk vaksinasi khusus dilakukan untuk vaksinasi saja. Campurkan vaksin dengan aquades ke dalam sprayer yang memang steril dan bebas karat. Larutan vaksin disemprotkan ke seluruh ayam dengan jarak 30-40 cm dari atas kepala ayam. Selang 30 menit kemudian, kandang dapat dibuka kembali dan kipas dapat dinyalakan lagi.

b. Jenis Vaksin Pada Unggas

1) Vaksin Marek

Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit marek dan diberikan secara subcutan atau intramuskular pada DOC. Biasanya vaksin ini sudah dilakukan oleh breeder. Menurut literatur vaksinasi dilakukan dengan injeksi subcutan di bawah kulit leher.

2) Vaksin ND + IB

Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit newcastle disease dan infectious bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada 2 cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian dada. Perbedaan metode vaksin ini dikarenakan perbedaan umur ayam yang akan divaksin.

3) Vaksin IB

Vaksin IB digunakan untuk menimbulkan kekebalan ayam terhadap Infectious Bronchitis. Pemberian vaksin ini sangat mudah yaitu dengan mencampurkannya dalam air minum.

4) Vaksin ND

Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya penyakit Newcastle Disease pada unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada dada.

5) Vaksin Cocci

Vaksin Cocci ini sangat mahal harganya, sehingga kadangkala banyak peternak yang melewatkan vaksin ini karena dalam beberapa pakan ayam jadipun sudah mengandung koksidiostat. Cara pemberian vaksin ini terdapat 2 kategori ada yang menggunakannya melalui air minum dan ada juga yang menyemprotkannya ke pakan.

6) Vaksin Gumboro

Vaksin gumboro juga diberikan pada air minum.

7) Vaksin Coryza

Vaksin coryza ini digunakan untuk mencegah timbulnya wabah Snot atau Coryza. Cara pemberian vaksin ini dilakukan dengan injeksi intramuskuler pada dada atau paha.

8) Vaksin Fowl Pox/Cacar

Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi.

Petunjuk pemakaian dan dosisnya sebagai berikut:

a) Kocok vaksin sampai emulsinya menjadi rata (homogen) sebelum dipakai.
b) Bentangkan sayap ayam sedemikian rupa sehingga “wingweb”nya terlihat jelas.
c) Celupkan jarum yang tersedia ke dalam vaksin
d) Tusuk wingweb dengan jarum tersebut hingga tembus.
e) Satu dosis vaksin setara dengan 0,01 ml
f) Vaksinasi dilakukan pada ayam umur 4-7 minggu dan dapat diulang pada umur 8-12 minggu.
g) Lima sampai tujuh hari setelah vakinasi akan terjadi kekebalan ditandai dengan terbentuknya sarang pox. Sarang pox akan mengecil dan menghilang setelah 21 hari.

9) Vaksin ILT

Vaksinasi ILT bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh ayam terhadap terjadinya infeksi pada saluran laringotracheal. Cara pemberian vaksin ini adalah tetes mata, tetes hidung dan pemberian pada air minum.

10) Vaksin EDS

Vaksin ini selain merupakan booster untuk ND dan IB, vaksin ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya Egg Drop Syndrom pada ayam layer. Vaksinasi ini dilakukan dengan melakukan injeksi intramuskuler pada dada.

11) Vaksin AI

12) Vaksinasi ini mulai merebak setahun belakangan ini akibat adanya kasus flu burung yang melanda Thailand, China dan Malaysia. Di beberapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah flu burung.

Penyakit ini juga membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam yang terkena harus dimusnahkan. Namun, flu burung ini dapat ditanggulangi dengan melakukan vaksinasi sejak dini yaitu melakukan vaksinasi pada anak-anak ayam atau pada ayam dewasa agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap serangan flu burung yang dicurigai disebarkan melalui burung-burung liar yang melakukan migrasi. Vaksin ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada otot dada. Perbedaan ini didasari oleh umur ayam yang akan dilakukan vaksinasi. VAKSIFLU AIÃ’ adalah vaksin inaktif yang dibuat dari virus Avian Influenza (AI) isolat lapangan (autovaksin) subtipe H5N1.

Tabel 6.2 Contoh Program Vaksinasi Unggas


Kekebalan dapat diperoleh apabila vaksinasi diberikan dalam kondisi yang optimal. Untuk keperluan ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Vaksin harus dijaga dan disimpan secara baik sesuai dengan petunjuk.
2) Ternak yang divaksin harus sehat dan sesuai dengan jenis vaksin yang digunakan.
3) Ternak cukup terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
4) Bebas dari penyakit parasit atau penyakit yang yang dapat menurunkan daya kebal tubuh.
5) Keadaan sanitasi lingkungan baik dan tidak berdekatan dengan ternak lain yang sakit.
6) Pelaksanaan vaksinasi dilakukan secara baik dan dalam kurun waktu dan umur yang tepat.

Apabila kegagalan vaksinasi terjadi, paramedis harus segera menghubungi dokter hewan untuk melakukan analisis kegagalan vaksinasi. Dokter hewan akan menentukan apakah vaksinasi ulang perlu dilakukan atau tidak.

Untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi dapat dilakukan pengukuran (titer) antibodi pada ternak yang telah divaksin antara 2-3 minggu setelah pelaksanaan vaksinasi, dengan cara mengirimkan serum darah ke Laboratorium Penyidikan Penyakit Hewan.

Informasi :





LEMBAR PRAKTIKUM

Lembar Kerja 1 : Mencari informasi Implementasi Sistem kekebalan Hewan
Langkah kerja :
1. Membagi kelas dalam kelompok yang terdiri atas 2-4 orang per kelompok.
2. Lakukan kunjungan pada peternakan di dekat lokasi sekolah.
3. Dalam kunjungan tersebut carilah informasi tentang pelaksanaan vaksinasi pada peternakan tersebut yang meliputi :
a. Umur hewan.
b. Vaksin yang digunakan.
c. Metode pelaksanaan vaksin.
d. Penyakit yang sering timbul.
e. Petugas vaksin.
f. Program vaksinasi.
4. Dari data yang diperoleh diskusikan dalam kelompok, lakukan analisis terhadap data yang ada. Analisis dapat menggunakan format berikut:
Hasil Pengamatan :





Lembar Kerja 2 : Menyusun Program Vaksinasi
Langkah kerja :
1. Membagi kelas dalam kelompok yang terdiri atas 2-4 orang per kelompok.
2. Lakukan kunjungan pada peternakan di lokasi sekolah.
3. Dalam kunjungan tersebut carilah informasi tentang pelaksanaan teaching farm ayam broiler dan ayam petelur yang ada di sekolah tentang :
a. Kapan akan dimulai pemeliharaan.
b. Vaksin yang biasa digunakan.
c. Metode pelaksanaan vaksin
d. Penyakit yang sering timbul
4. Dari data yang diperoleh diskusikan dalam kelompok untuk melakukan penyusunan program vaksinasi ayam broiler dan ayam petelur tersebut.
Lembar Hasil Diskusi :





Lembar Kerja 3 : Melakukan Vaksinasi
Langkah kerja :
1. Membagi kelas dalam kelompok yang terdiri atas 2-4 orang per kelompok.
2. Lakukan vaksinasi ayam broiler sesuai dengan program yang telah disetujui oleh pembimbing.
3. Dalam pelaksanaan vaksinasi lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan : vaksin, pelarut, alat suntik.
b. Ambil 1 boks doc yang telah disiapkan.
c. Lakukan vaksin dengan cara tetes mata terlebih dahulu.
d. Kemudian diikuti dengan vaksinasi metode suntikan subkutan.
e. Lakukan terhadap semua doc yang telah disediakan.
f. Pastikan bahwa vaksin telah masuk ke mata dengan mengecek lidah doc.
g. Pastikan bahwa suntikan benar dengan melakukan cek apakah bulu didaerah suntikan basah atau tidak.
4. Setelah selesai alat dibersihkan dan bekas vaksin ditangani sesuai dengan prosedur yang ada.

Mengkomunikasikan :
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan informasi dan identifikasi serta asosiasi yang telah Anda lakukan :
1. Buatlah laporan tertulis secara individu!
2. Buatlah bahan presentasi dan presentasikan di depan kelas secara kelompok!


CAKRAWALA

Vaksinasi Ternak, Perlukah?
Gambar 6.3 Vaksinasi Ternak
Sumber : https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/vaksinasi-ternakperlukah/
Sebagaimana manusia, hewan ternak juga sangat memungkinkan terserang berbagai jenis penyakit, baik yang menular maupun yang tidak menular. Vaksinasi adalah salah satu cara untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit tertentu. Tujuan vaksinasi intinya untuk memberikan kekebalan (antibodi) pada ternak sehingga dapat melawan antigen atau mikro-organisme penyebab penyakit. Vaksinasi adalah pemberian antigen untuk merangsang sistem kekebalan dan menghasilkan antibodi khusus terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Seperti diketahui, penyakit pada ternak itu terbagi atas penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.

Penyakit infeksi bisa disebabkan oleh paparan bakteri (penyakit bakterial), virus (penyakit viral), parasit (penyakit parasiter) atau cendawan (penyakit mikal). Penyakit bakterial seperti anthraks dan ngorok (SE) serta penyakit viral seperti penyakit mulut kuku (PMK) dapat dicegah dengan cara vaksinasi. Adapun penyakit noninfeksi terjadi karena ternak kekurangan satu atau beberapa jenis zat makanan. Penanggulangan atau pencegahan penyakit ini tidak dengan vaksinasi namun dengan cara penambahan pakan bernutrisi atau pemberian suplemen.

Sebagai pembudi daya ternak terbaik adalah melakukan upaya pencegahan supaya ternak tidak terjangkit penyakit. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk melaksanakan pencegahan penyakit disamping vaksinasi, seperti memberikan pakan yang bergizi, menjaga sanitasi kandang dan lingkungan peternakan serta konsisten dalam menerapkan kegiatan biosekuriti.

Kesehatan ternak dapat terganggu apabila melakukan kesalahan dalam manajemen pemeliharaan ternak seperti kepadatan kandang yang tinggi artinya jumlah ternak yang ditampung dalam kandang tidak sesuai dengan ukuran kandang, sistem ventilasi yang buruk, intensitas cahaya yang terlalu tinggi serta tingginya tingkat populasi dilingkungan kandang. Suara gaduh juga bisa membuat ternak menjadi stres sehingga memicu penurunan kondisi kesehatan ternak.

Ternak yang sehat bisa dilihat dari tampilan fisiknya seperti ternak kelihatan aktif dan tanggap terhadap perubahan situasi di sekitarnya. Kondisi tubuh seimbang tidak sempoyongan atau pincang, mata bersinar dan sudut mata terlihat bersih, kulit tidak kusam serta frekuensi nafas dan denyut nadi teratur. Bila ternak yang dijumpai dalam kondisi sebaliknya, maka patut dicurigai ternak tersebut terjangkit suatu penyakit.

RANGKUMAN
Pentingnya kesehatan ternak sama dengan pentingnya bahan baku pada industri, kesehatan ternak dapat dijadikan sebagai faktor produksi dalam peternakan. Kesehatan hewan merupakan suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusunnya dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal.

Tujuan manajemen kesehatan hewan ternak.
1. Tercapainya kesehatan hewan dengan produktivitas yang diinginkan
2. Mengurangi pengeluaran dalam pemeliharaan Poin terpenting dalam kesehatan hewan ternak adalah mengetahui ciri hewan ternak yang sehat yaitu ciri hewan ternak yang sakit dan pencegahan penyakit.

Demikian langkah dan cara menerapkan program pencegahan penyakit aneka ternak yang bisa kami ulas buat sobat. Semoga tulisan ini bisa membantu.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar