Skip to main content

Anda Guru Hebat? Pakai “MOPAS” Saja!


Sumber : Buku, Artikel Jurnal, dan Pemikiran Penulis
Penulis : Anton Setiawan
Jenis Kontributor : PPG

“It is the supreme art of the teacher to awaken joy in creative expression and knowledge”- Albert Einstein

Artikel ini dimulai dengan janji temu dari ilmuwan dunia yang hebat, Albert Einstein. Penunjukan dibuka sedikit lebih banyak daripada persepsi Guru yang dalam pembelajaran paling penting adalah untuk membangkitkan kesenangan para siswa dalam ekspresi dan pengetahuan kreatif. Dengan kata lain, pembelajaran harus menyenangkan dan mendorong rasa ingin tahu dan meningkatkan kreativitas siswa. Nah, dalam hal ini, guru-guru hebat benar-benar mengerti apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam pembelajaran.

Bung Karno pernah berkata: "Beri aku sepuluh pria muda, lalu Kugancang dunia". Di dunia pendidikan, kita dapat menginspirasi kita pada ekspresi Proklamator melalui teknik mengamati, meniru dan memodifikasi (ATM) menjadi: "Beri aku sepuluh guru hebat, maka negara ini akan berubah." Bagus! Akan luar biasa jika setiap individu berlabel guru memiliki semangat guru yang besar. Guru-guru hebat dapat bekerja dengan potensi dan kreativitas mereka sendiri. Guru-guru hebat dapat menemukan dan menemukan apa yang dibutuhkan siswa dari DAAM Learning. Selain itu, seorang guru yang hebat juga dapat menciptakan sesuatu yang asli, bukan hasil dari menyalin pekerjaan dan pemikiran orang lain.

Sudah waktunya guru berinisiatif dengan pemikiran yang Out of the box. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menawarkan konsep “Pembelajaran Ala Saya” atau “MOPAS.” Konsep “MOPAS” mengakomodir kreativitas guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena konsepnya “Pembelajaran Ala Saya,” guru didorong untuk bebas menentukan model pembelajaran buatan sendiri beserta langkah pembelajaran atau sintaksnya. Secara sederhana, berilah nama model pembelajaran itu dan tambahkan sintaks atau langkah pembelajarannya.

Melalui model pembelajaran ciptaan sendiri itu, Guru Hebat akan lebih kreatif dalam menentukan kebutuhan serta skenario pembelajaran dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Pertanyaannya, apakah boleh seperti itu? Jawabnya tentu saja sangat boleh mengingat guru yang lebih memahami apa yang harus dilakukan untuk siswanya. Merdeka belajar kan?

Rekan guru perlu tahu bahwa dalam pembelajaran Bahasa, pada tahun 1990-an sudah memasuki era Post Method Pedagogy, masa dimana sudah tidak ada metode terbaik dalam pembelajaran (Prabhu, 1990). Berdasarkan pengalaman dalam proses belajar mengajar, setiap guru menghasilkan praktik baik yang pada dasarnya bukan berasal dari konsep metode yang telah diciptakan oleh para ahli sebelumnya. Oleh karenanya, sudah saatnya guru menteorikan praktik, bukan hanya sekedar mempraktikkan teori (Kumaravadivelu, 2008).

Bersinergi dengan konsep Merdeka Belajar di Negeri ini, Post Method Pedagogy nampaknya sangat sesuai untuk digaungkan penerapannya ke semua mata pelajaran. Guru harus lebih berdaya untuk menciptakan “Metode Pembelajaran Ala Saya” atau “MOPAS” karena guru sangat paham dengan karakteristik siswa, lingkungan belajar, bahan ajar serta media pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswanya.


Satu lagi yang mendasari penulis menawarkan ide ini. Konsep “MOPAS” dilatarbelakangi oleh masih banyaknya guru yang salin rekat model pembelajaran yang sudah ada. Beliau menggunakan model pembelajaran yang sudah ada di “pasaran” yang sebenarnya kurang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran. Tak jarang juga rekan guru menggunakan model pembelajaran tertentu namun tidak menyertakan sintaksnya. Sebagai contoh, dalam RPP guru menuliskan model pembelajaran Inquiry.

Namun, belum semua guru paham apa dan bagaimana model pembelajaran Inquiry itu. Alhasil, langkah pembelajaran atau sintaks yang merupakan satu kesatuan dan harus dijalankan dalam pembelajaran tersebut gagal diterapkan dengan baik. Karena menggunakan model pembelajaran orang lain, kita harus menerapkan sintaks dalam model pembelajaran itu. Tidak boleh tidak. Lalu, mengapa kita tidak menciptakan model pembelajaran sendiri untuk kegiatan pembelajaran kita sendiri dan meninggalkan jauh-jauh model pembelajaran orang lain?

Dalam konsep “MOPAS” ini guru dapat menciptakan model pembelajaran yang orisinil beserta nama dan langkah pembelajarannya. Sebagai contoh, penulis menawarkan model pembelajaran “Word on Word” atau “WOW” dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk materi teks deskriptif (RPP dapat dilihat dan diunduh di: http://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/kreatif-pd-dengan-model-pembelajaran-wow/) Untuk selanjutnya, giliran Bapak dan Ibu Guru Hebat yang membuatnya ya?

Sebagian besar, jika seorang guru melakukan konsep "mopas" dan menciptakan salah satu model pembelajaran hanya dalam satu semester, dapatkah Anda menghitung berapa banyak model pembelajaran asli yang dibuat oleh Grand Master di Indonesia? Betapa indahnya proses pembelajaran di dalamnya. Berapa banyak praktik yang baik yang dilakukan oleh guru-guru inovatif ini?

Akibatnya, berapa banyak siswa kreatif yang dibuat dengan proses pembelajaran yang luar biasa? Semoga ide kecil ini dapat mengubah pendidikan di negara ini untuk meningkatkan. Penulis sangat aman, sesuatu yang besar hari ini, itu pasti akan melalui panggung kecil kemarin pagi. Kita bisa karena kita inginkan, kita bisa terbiasa dengan kita. Ketika ada kehendak ada jalan! "Apakah kamu seorang guru yang hebat? Gunakan" MOLAS "saja!

Referensi: Anda Guru Hebat? Pakai “MOPAS” Saja!

  • Kumaravadivelu, B. (2008). Beyond methods: Macrostrategies for language teaching. Yale University Press.
  • Prabhu, N. S. (1990). There is no best method-Why?. Tesol quarterly, 24(2), 161-176.
  • Penulis adalah guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 26 Surabaya yang masih perlu belajar dalam berbagai hal. Belajar sepanjang hayat.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar