Skip to main content

Menerapkan Cara Perawatan Poros Roda (AXLE SHAFT) pada Kendaraan

Bacalah uraian menerapkan cara perawatan poros penggerak roda (axle shaft) berikut ini dengan cermat! Kamu telah mempelajari materi mengenai beberapa komponen pemindah daya pada pembahasan sebelumnya. Komponen pemindah daya tersebut antara lain kopling, transmisi, poros propeller, dan differential.
Sekarang, kamu akan mempelajari komponen pemindah daya yang terakhir yaitu poros roda. Tahukah kamu apakah itu poros roda? Pernahkah kamu membongkar poros roda?

Menerapkan Cara Perawatan Poros Penggerak Roda

Poros roda berfungsi untuk meneruskan putaran mesin dari differential ke roda kendaraan. Tanpa adanya poros roda, kendaraan tidak akan dapat berjalan karena tidak ada komponen yang menghubungkan roda samping kanan dan kiri dengan differential.

Sehingga, putaran roda kanan dan kiri tidak dapat diatur. Untuk itu, kamu perlu mempelajari lebih lanjut mengenai poros roda. Perhatikan Gambar 6.1 berikut ini dengan cermat!

Menerapkan Cara Perawatan Poros Roda (AXLE SHAFT) pada Kendaraan
Gambar 6.1 Poros penggerak roda depan dan belakang kendaraan

Gambar 6.1 menunjukkan poros roda pada bagian depan dan belakang kendaraan. Selain meneruskan putaran mesin menuju ke roda, poros roda juga digunakan sebagai dudukan roda. Pada bab ini kamu akan mempelajari lebih lanjut mengenai fungsi dan komponen-komponen poros roda. Kamu juga akan mempelajari macam-macam poros roda.

Selain itu, kamu juga akan mempelajari gejala kerusakan dan langkah pemeliharaan poros roda. Dengan mempelajari mengenai gejala kerusakan pada poros roda diharapkan kamu dapat melaksanakan perawatan berkala pada komponen tersebut dengan tepat. Pelajarilah materi pada bab ini dengan sungguh-sungguh agar kamu dapat memelihara poros roda dengan benar.

Jangan lupa untuk selalu membiasakan diri berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum dan sesudah memulai pelajaran, agar kegiatan pembelajaran yang kamu lakukan berjalan dengan lancar dan ilmu yang kamu dapatkan berguna bagi dirimu sendiri dan orang lain.

A Macam-Macam Poros Roda (Axle Shaft)

Foros penggerak roda atau axle shaft merupakan poros penggerak roda-roda yang berfungsi meneruskan tenaga gerak dari differential ke roda-roda. Selain itu, poros roda berfungsi sebagai penumpu beban roda-roda karena roda-roda penggerak terpasang pada poros tersebut. Poros penggerak roda merupakan poros pemutar roda yang dihubungkan dengan gardan (differential). Sehingga, poros ini terletak di antara roda dan differential. Seperti yang telah kamu pelajari sebelumnya, kendaraan ditinjau dari sistem pemindah tenaganya dikelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu :
  1. Mesin depan penggerak belakang atau Front Engine Rear Drive (FR). Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda belakang dinamakan tipe Front Engine Rear Drive (FR). Komponen komponen sistem pemindah tenaga pada kendaraan FR, meliputi: kopling (clutch), transmisi (transmission), drive shaft/propeller shaft, differential, poros penggerak roda belakang (rear axle) dan roda (wheel).
Menerapkan Cara Perawatan Poros Roda (AXLE SHAFT) pada Kendaraan
Gambar 6.2 Jenis penggerak roda pada kendaraan ringan
  1. Mesin depan penggerak depan atau Front Engine Front Drive (FF). Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda depan dinamakan tipe Front Engine Front Drive (FF). Komponen-komponen sistem pemindah tenaga pada kendaraan FF, meliputi; kopling (clutch), transmisi (transmission), differential, poros penggerak roda depan (front axle), dan roda (wheel).
  2. Mesin belakang penggerak belakang atau Rear Engine Rear Drive (RR). Kendaraan dengan mesin dibelakang dan menggerakkan roda belakang dinamakan tipe Rear Engine Rear Drive (RR). Pemindah tenaga kendaraan tipe ini sama dengan tipe Front Engine Front Drive (FF). Komponen-komponen sistem pemindah tenaganya meliputi: kopling (clutch), transmisi (transmissions), differential, poros penggerak belakang (rear axle), dan roda (wheel).
  3. Mesin penggerak empat roda atau Four Wheel Drive (4WD). Kendaraan dengan mesin menggerakkan roda depan dan roda belakang dinamakan tipe Four Wheel Drive atau All Wheel Drive (4WD atau 4WD atau AWD). Komponen-komponen sistem pemindah tenaganya meliputi: kopling (clutch), transmisi (ransmission), transfer, dan tenaga terbagi menjadi dua, yaitu ke poros penggerak depan dan poros penggerak belakang. Tenaga yang mengalir ke poros penggerak depan (front propeller shaft) diteruskan ke diferential depan, poros penggerak roda depan (front axle), dan roda depan (front wheel). Sedangkan, tenaga yang mengalir ke poros penggerak belakang (rear drive shaft) diteruskan ke differential belakang (rear differential), poros.penggerak roda belakang (rear axle), dan roda belakang (rear wheel).
Berdasarkan uraian tersebut, poros penggerak roda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: poros penggerak roda depan (front axle) dan poros penggerak belakang (rear axle). Berikut ini merupakan penjelasan masing-masing poros penggerak roda, yaitu:

1. Poros Penggerak Roda Depan (Front Axle)

Poros penggerak roda depan digunakan pada kendaraan yang menggunakan penggerak depan (FF) dan kendaraan penggerak empat roda (4WD). Poros penggerak roda depan berfungsi sebagai penerus putaran ke roda dan sebagai tempat steering knucle agar roda dapat dibelok-belokkan. Steering knuckle merupakan komponen sistem kemudi yang berfungsi untuk menahan beban yang diberikan pada roda-roda depan dan sebagai poros putaran roda.

Gambar 6.3 Konstruksi Poros Penggerak Roda Depan

Pada intermediate shaft kendaraan tipe FF poros penggerak harus memenuhi dua buah syarat, yaitu : harus mempunyai mekanisme yang menyerap perubahan panjang dari poros penggerak yang mengiringi gerakan roda naik dan turun dan harus dapat memelihara operasi sudut yang sama ketika roda depan dikemudikan dan harus memutar roda saat membentuk kecepatan karena roda depan digunakan secara bersamaan untuk pengemudian dan pemindahan tenaga.

Komponen yang digunakan untuk memenuhi persyaratan tersebut adalah universal joint tipe constant velocity joint (CV Joint). Constant velocity joint adalah tipe universal joint yang memungkinkan untuk digunakan pada kendaraan FF, dimana poros mampu meneruskan tenaga sambil terjadi perubahan-perubahan sudut. Ada dua jenis CV joint, yaitu birfield joint dan tripod joint.

a. Birfield Joint

Birfield joint memiliki beberapa bola baja dengan tujuan untuk mempertahankan kecepatan yang seragam dengan ketelitian tinggi.

Cara/Prinsip Kerja Birfield Joint
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/815714551243400751/

Alur khusus dibuat pada dudukan bola baja agar kontak antara poros penggerak dan poros yang digerakkan selalu dalam jalur itu dibagi dua sudut perpotongan dari poros.
Kontruksi Birfield Joint
Beberapa jenis birfield joint dibuat sedemikian rupa agar perubahan panjangnya sesuai dengan gerak kendaraan.

b. Tripod Joint

Tripod joint memiliki tiga buah roller dan bentuknya sederhana, sehingga mengurangi biaya pembuatannya. Tripod joint dibuat sedemikian rupa agar dapat bergerak pada arah axial. Panjang poros penggerak kiri dan kanan dapat sama maupun berbeda tergantung lokasi mesin dan transaxle. Apabila poros penggerak panjangnya tidak sama, maka akan mudah terjadi getaran yang menimbulkan bunyi dan kurang nyaman.

Komponen Tripor Joint
Hal itu diatasi dengan beberapa metode yang antara lain dengan penggunaan dynamic damper type, hollow shaft type dan intermidiate shaft. Dynamic damper dipasangkan pada poros penggerak melalui bantalan karet. Saat poros penggerak bergetar atau terpuntir maka damper yang diberikan cenderung untuk berputar pada kecepatan konstan, sehingga bantalan karet menyerap getaran dan puntiran.

Prinsip Kerja Tripod Joint
Sumber: https://www.kmpdrivetrain.com/driveshafts/blog-tripod-vs-rzeppa-joint/

Tipe intermediate shaft digunakan pada kendaraan yang perbedaan jarak dua poros penggeraknya besar, sistem kemudinya menjadi tidak stabil dan mudah memuntir. Saat akselerasi, bagian depan kendaraan terangkat, sudut joint poros menjadi besar sehingga momen yang ditimbulkan menyebabkan roda tidak stabil dan sulit untuk dikendalikan.

c. Rzeppa Joint

CV joint yang paling umum dikenal adalah Rzeppa joint. Sebagian besar mobil menggunakan sambungan ini pada kedua ujungnya atau salah satu ujung poros penggeraknya. Sambungan ini terdiri dari empat bagian: outer race, (biasanya) enam bola dengan sangkar di sekelilingnya, dan inner race. 

Kontruksi Rzeppa joint
Outer race biasanya terintegrasi dalam poros keluaran atau flens, sedangkan inner race biasanya memiliki spline di bagian dalam dan dapat dipasang ke axle atau shaft. Inner race dan outer race memiliki alur yang memiliki diameter bola yang sama, sementara memungkinkan bola bergerak secara aksial dalam kaitannya dengan poros.

Cara kerja rzeppa joint,
Sumber: https://www.kmpdrivetrain.com/driveshafts/blog-tripod-vs-rzeppa-joint/

Alur ini tidak lurus, tetapi melengkung sehingga sambungan dapat beroperasi pada sudut yang berbeda. Bola yang terkandung dalam alur oleh kandang. Outer race dihubungkan ke output, sedangkan inner race dihubungkan ke input.

Jika input berputar, inner race akan menekan bola melawan outer race dan oleh karena itu joint akan berputar. Karena bentuk inner dan outer race, sambungan juga dapat membentuk sudut dengan tetap mempertahankan kecepatan rotasi yang sama.

Ada variasi joint ini yang memungkinkan terjadinya gerakan aksial, disebut juga plunging. Hal ini dapat dicapai dengan memiliki lintasan luar dengan alur yang lebih panjang (sambungan offset ganda) atau memiliki alur pada lintasan dalam dan luar yang tidak sejajar dengan poros, tetapi pada sudut dan oleh karena itu menciptakan lebih banyak panjang (alur silang).

2. Poros Penggerak Roda Belakang (Rear Axle)

Roda belakang umumnya menumpu beban lebih berat daripada roda depan, sehingga konstruksi poros penggerak rodanya juga relatiflebih kuat. Pemasangan poros akan dipengaruhi oleh jenis suspensi yang digunakan. Secara umum tipe suspensi yang digunakan kendaraan ada dua yaitu suspensi bebas (independent) dan suspensi kaku (rigid): Sehingga, ada dua jenis poros penggerak roda berdasarkan jenis suspensinya, yaitu: poros penggerak roda pada suspensi independent dan poros penggerak roda pada suspensi rigid.

a. Poros Penggerak Roda pada Suspensi Independent

Jenis poros penggerak roda yang digunakan pada suspensi independent adalah poros penggerak roda tipe melayang. Poros penggerak roda jenis ini bebas dari menumpu beban dan bebas bergerak mengikuti pergerakan roda akibat suspensi kendaraan.

Poros penggerak roda ini dilengkapi dengan onstant velocity joint (CVJoint), sehingga pada saat kendaraan melaju di jalan yang bergelombang maka posisi body kendaraan seakan-akan tidak terpengaruh oleh keadaan jalan. Selain itu, pada setiap gerakan di samping poros penggerak roda dapat bergerak putar, memanjang, memendek dan membuat sudut.

Adapun cara kerja CVjoint, adalah sebagai berikut.
  1. Pada saat jalan lurus dan rata tenaga gerak putar dari differential diteruskan oleh axle shaft melalui inner race housing-steel ball- intermediate axle shoft steel ball-outer race- housing-roda. Pada saat itu steel ball diam sehingga CV Joint tidak membuat sudut.
  2. Sedangkan pada saat belok atau jalan tidak rata tenaga putar dari differential diteruskan oleh inner  race housing-steel bal-intermediate axle shaft-steel ball-outer race gousing- roda, dimana selain sebagai penerus putaran dari intermediate shaft ball juga bergerak pada inner race, sehingga CV Joint mampu membuat sudut yang memungkinkan kedudukan kendaraan menjadi stabil.
Tipe ini sering digunakan pada kendaraan kecil, seperti sedan karena kontruksinya ringan dan mampu membuat sudut belok lebih besar. Keuntungan penggunaan poros roda jenis ini adalah kontruksinya sederhana, mampu membuat sudut belok lebih besar, perawatan mudah, kendaraan lebih stabil apabila dibandingkan poros roda tipe rigid. Sedangkan kerugiannya adalah tidak mampu menahan beban besar, inner housing maupun outer housing mudah aus, harganya lebih ma dan memerlukan perawatan rutin.

b. Poros Penggerak Roda pada Suspensi Rigid

Poros penggerak roda rigid digunakan pada kendaraan penggerak roda belakang tipe suspensi rigid atau pegas daun. Poros penggerak roda tipe rigid sering digunakan pada kendaraan berskala menengah ke atas dengan muatan yang besar, juga pada kendaraan yang dirancang untuk medan-medan berat karena mampu menahan beban yang berat.

Tetapi, kekurangannya adalah kurang nyaman untuk penumpang karena goncangan atau kejutan dari salah satu roda akan diteruskan ke roda lainnya. Pada suspensi rigid pada umumnya menggunakan tipe poros memikul dimana poros roda diletakkan di dalam axle housing yang dipasangkan berkaitan melalui bantalan.

Berdasarkan sistem penopang atau poros pemikulnya, poros penggerak roda dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: full floating, threequarter fiooting dan semi-floating. Nama tipe poros tersebut mencerminkan kebebasan poros untuk tidak menyangga beban kendaraan. Full floating berarti poros sepenuhnya tidak menyangga beban kendaraan, three-quarter floating berarti 3/4 beban kendaraan tidak ditumpu oleh poros atau poros hanya menyangga 1/4 beban kendaraan, dan tipe semi floating berarti poros hanya menumpu ½ beban kendaraan.

1) Poros roda tipe full floating

Poros penggerak roda tipe full floating merupakan poros yang sepenuhnya tidak menumpu beban kendaraan. Pada tipe ini bantalan-bantalan dipasangkan di antara housing dan wheel hub, sedangkan roda dipasangkan pada hub. Beban kendaraan sepenuhnya ditumpu oleh axle housing, sedangkan poros roda tidak memikul beban, tetapi hanya berfungsi menggerakkan roda.

Gambar 6.6 Poros roda tipe full floating
Model ini sangat bagus untuk kendaraan berbeban berat. Keuntungan penggunaan poros roda tipe full floating adafah berat kendaraan seluruhnya dipikul oleh axle housing, sehingga axle housing tidak menjadi bengkok, gaya ke samping juga tidak diteruskan ke axle shaft, faktor keamanan lebih baik, dan mampu memikul beban berat. Sedangkan kerugiannya adalah biaya yang dikeluarkan cukup mahal.

2) Poros roda tipe three-quarter floating

Poros penggerak roda tipe three-quarter floating merupakan poros yang konstruksinya 3/4 beban kendaraan tidak ditumpu oleh poros atau poros hanya menyangga 1/4 beban kendaraan. Pada tipe three quarter floating, hanya dipasangkan sebuah bantalan di antara axle housing dan wheel hub, sehingga secara tidak langsung axle shaft ikut memikul beban kendaraan. Roda dipasangkan langsung pada poros roda. Hampir seluruh beban ditumpu oleh housing.

Gambar 6.7 Poros roda tipe three-quarter floating
Gaya lateral baru akan bekerja pada poros/ axle saat kendaraan membelok. Jenis ini biasanya digunakan pada truk ringan. Keuntungan penggunaan poros roda tipe three-quarter floating adalah berat kendaraan tidak semuanya diteruskan ke axle shaft, sehingga axle shaft tidak bengkok. Selain itu, apabila poros roda patah, beban masih ditahan oleh bantalan. Sedangkan, kerugiannya adalah poros masih dapat bengkok akibat gaya ke samping.


3) Poros roda tipe semi floating

Poros penggerak roda tipe semi floating merupakan poros yang konstruksinya 1/2 beban kendaraan ditumpu oleh poros. Tipe semi floating banyak dipakai pada kendaraan ringan. Hampir seluruh beban kendaraan dipikul oleh axle shaft, demikian juga gaya lateral (lateral force) pada saat kendaraan membelok.

Gambar 6.8 Poros roda tipe semi floating

Bantalan dipasangkan diantara axle housing dan axle shaft, sedangkan roda dipasangkan langsung pada ujung poros roda. Jenis ini biasa digunakan pada kendaraan jenis sedan, station wagon, dan jeep. Keuntungan penggunaan poros roda tipe semi floating adalah konstruksinya sederhana dan biayanya murah. Sedangkan, kerugiannya adalah poros roda menjadi bengkok akibat berat kendaraan langsung dipikul oleh poros dan jika poros roda patah maka tidak ada yang menahan roda dan beban kendaraan.


B. Perawatan Berkala pada Poros Penggerak Roda

Perawatan berkala perlu dilakukan pada sistem penggerak roda kendaraan. PemeriksÄ…an dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan dan penyebab kerusakan pada poros roda. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara berkala dan rutin untuk mencegah kerusakan yang lebih banyak. Peran poros roda sangatlah penting untuk pengoperasian mobil. Poros roda menghubungkan transmisi ke roda-roda penggerak mobil. Ketika pengemudi menginjak pedal gas, roda gigi transmisi akan memutar poros penggerak roda, yang kemudian memutar roda. Kerusakan pada poros roda mengakibatkan roda tidak akan berputar karena stimulasi perintah perubahan gigi tidak tersampaikan. Akibatnya mobil tidak akan
dapat digunakan.

Pada saat melaksanakan servis besar pada kendaraan (servisberkala kelipatan 40.000 km). Mekanik akan memeriksa poros penggerak roda secara visual. Kerusakan.yang paling sering terjadi pada poros penggerak roda depan adalah boot CV joint yang bocor dan mengeluarkan gemuk atau grease di dekat roda. Grease yang keluar ini menyebabkan CV joint menjadi tidak terlumasi dengan baik sehingga seluruh sistem drive shaft menjadi aus dan rusak. Selain itu, kerusakan pada poros roda adalah adanya bunyi "klik" saat setir diputar.
Bunyi tersebut dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada poros penggerak roda.

Gambar 6.10 Kerusakan poros roda menyebabkan roda menggelinding keluar dari sasis kendaraan.

Hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan pemeriksaan pada poros penggerak roda adalah sebagai berikut.
  1. Kendaraan mempunyai lebih dari satu poros roda, namun jika terjadi kerusakan pada salah satu poros roda, gantilah poros roda yang rusak tersebut. Sehingga, kita tidak perlu mengganti seluruh poros penggerak roda.
  2. Jika salah satu komponen poros penggerak roda rusak, maka sebaiknya seluruh poros penggerak roda diganti dengan yang baru.
  3. Kerusakan pada poros roda bukan kerusakan biasa yang dapat dikerjakan sendiri. Perbaikannya membutuhkan tenaga ahli karena berhubungan erat dengan transmisi.
Gejala yang menunjukkan kerusakan pada poros penggerak roda, antara lain sebagai berikut.
  1. Terdengar bunyi dari bagian depan atau belakang mobil saat belok, bunyi dapat berupa seperti besi yang dipukul, suara berdetak, ataupun sekedar suara bising.
  2. Mobil bergetar secara intens saat dikendarai. Bunyi ini berasal dari bagian bawah mobil. Getaran ini dapat mempengaruhi kinerja komponen mobil lainnya.
Secara umum perawatan atau servis poros roda jarang atau sedikit dilakukan karena sederhana dan sedikitnya komponen dari poros roda. Pemeriksaan pencegahan dilaksanakan secara berkala dan rutin untuk memeriksa kondisi komponen dan kerjanya. Sedangkan untuk memastikan penyebab, biasanya terdapat gejala awal, sehingga harus betul-betul cermat dan perlu analisis kasus dan perlu pemeriksaan komponen dengan urutan yang tepat dan benar. Pemeriksaan pada poros roda, antara lain: pemeriksaan secara visual terhadap kondisi poros roda, pemeriksaan pelumasanjoint (boot dan grease) pada velocity joint (CVjoint), pemeriksaan kelurusan/kebengkokan dan keseimbangan poros, pemeriksaan kekocakan/keausan joint, keausan/kekocakan alur-alur poros terhadap alur hub roda maupun alur side gear serta keausan atau kerusakan bantalan.

Gambar 6.11 Pemeriksaan gerak bebas aksial poros roda belakang
Pada umumnya poros penggerak roda suspensi rigid pada kendaraan ringan adalah jenis semi floating. Sebelum melakukan pembongkaran lakukan pemeriksaan awal dengan langkah-angkah sebagai berikut:
  1. Kendorkan mur roda.
  2. Dongkrak mobil dan tumpu dengan jack stand.
  3. Lepas roda dan tromol.
  4. Pemeriksaan kebebasan arah aksial dengan menggunakan dial indikator seperti pada gambar. Kebebasan maksimal adalah 1 mm.
Jika kebebasan terlalu besar ganti bantalan. Kebebasan bantalan yang terlalu besar akan menyebabkan terdengar suara gemuruh pada saat mobil berjalan. Apabila bantalan roda rusak tidak segera diganti dapat menyebabkan bahaya terhadap pengereman, bantalan roda bisa pecah atau terbakar, dan boros pemakaian bahan bakar.

Menerapkan Cara Perawatan Poros Roda (AXLE SHAFT) pada Kendaraan
Gambar 6.12 Pelepasan poros roda dengan SST

Langkah pembongkaran dan pemeriksaan pada poros roda, antara lain: 
  1. Kendorkan mur roda.
  2. Angkat mobil dengan dongkrak dan tumpu dengan jack stand.
  3. Lepas roda dan tromol rem.
  4. Lepas baut pengikat backing plat dan pipa rem menggunakan SST.
  5. Dengan menggunakan SST lepas poros aksel belakang, hati-hati  jangan sampai merusak perapat.oli.
  6. Lepas gasket poros belakang.
Periksalah dengan cermat dan teliti kemungkinan terjadi kerusakan pada komponen-komponen sebagai berikut.
  1. Periksa bantalan atau bearing terhadap keausan atau kerusakan, bila bantalan aus atau rusak gantilah dengan yang baru. Lepas dengan SST bantalan dengan menggerinda penahan dalam, dengan menggunakan pahat dan palu potong penahan dan kepastian dari poros. Lepas bantalan dari poros dengan SST atau press hidrolik.

Gambar 6.13 Melepas bantalan dengan Press Hidrolik
  1. Pemeriksaan seal oli pada bagian yang berhubungan dengan poros, bila masih runcing berarti baik, bila sudah rata berarti aus, ganti seal oli dengan yang baru bila sudah aus. Kerusakan seal oli dapat menyebabkan kebocoran oli differensial/gardan yang ditandai dengan keluarnya oli sekitar backing plat. Ganti seal oli dengan melepasnya dengan SST.
Gambar 6.14 Memeriksa kebengkokan poros
  1. Periksa alur poros roda belakang dari kemungkinan aus, retak atau puntiran. Periksa poros roda belakang pada bagian dudukan penahan dalam dan bantalan dari kemungkinan keausan. Periksa poros roda belakang dari kebengkokan dan keolengan pada flensnya dengan menggunakan dial indikator. Kebengkokan/kelengkungan poros maksimum 1,5 mm dan keolengan flens maksimum 0,1 mm. Pemasangan kembali dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
    1. Menggunakan SST dan pres hydrolik pasang penahan bantalan luar dan bantalan/bearing baru.
    2. Panaskan penahan bantalan dalam hingga kurang lebih 150°C di dalam oli pemanas.
    3. Menggunakan SST dan preshydrolik pasang penahan bantalan dalam saat masih panas.
    4. Menggunakan SST pasang oli seal yang telah diolesi gemuk pada kedalaman 6 mm.
    5. Pasang poros penggerak roda pada housing axle beserta kelengkapannya yang telah diolesi perapat.
    6. Pasang dan kencangkan baut pengikat backing plat dengan momen pengencangan 670 kg.cm.
    7. Pasang kembali pipa rem.
    8. Pasang tromol rem.
    9. Lakukan pembuangan udara pada sistem rem.
    10. Pasang roda kemudian turunkan mobil dan kencangkan baut-baut roda. Pada saat memasukan poros roda belakang lakukan dengan hati-hati jangan sampai merusak oli seal maupun deflektor oli yang terdapat di dalam housing axle.
Permasalahan
  1. Sebuah mobil sedang melaksanakan servis besar di bengkel mobil. Mekanik bengkel tersebut melaksanakan pemeriksaan pada bagian bawah kendaraan. Hasil pemeriksaannya terdapat tumpahan gemuk pada roda-roda depan kendaraan. Analisislah penyebab adanya gemuk pada bagian roda kendaraan.
  2. Sebuah mobil sedang melaju di jalan dan terdengar suara gemuruh dari dalam mobil. Setelah dilihat, ternyata ada kerusakan pada bantalan poros roda. Apakah akibat yang terjadi apabila bantalan poros roda rusak?

Penyelesaian
  1. Salah satu tanda kerusakan pada poros roda adalah adanya gemuk pada roda-roda kendaraan. Penyebab adanya gemuk ini adalah kebocoran pada boot CV joint. Untuk memperbaikinya, mekanik harus mengganti komponen tersebut.
  2. Kerusakan bantalan poros roda dapat menyebabkan bahaya terhadap pengereman, bantalan roda bisa pecah atau terbakar, dan boros pemakaian bahan bakar.
Demikian pembahasan materi menerapkan cara perawatan poros penggerak roda belakan (axel shaft) pada kendaraan ringan, komponen, cara kerja, jenis-jenin joint yang bisa kami paparkan. Semoga bermanfaat bagii sobat.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar