Skip to main content

Mengevaluasi Program Pencegahan Penyakit Infectious pada Ternak

MENGEVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT INFECTIOUS PADA TERNAK (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK) - penyakit hewan yang bersifat menular dan mengganggu sistem reproduksi ternak. Terganggunya sistem reproduksi ternak akibat infeksi penyakit menular sangat merugikan karena dapat mengakibatkan keguguran, penurunan fertilitas, bahkan kemajiran ternak. IBR merupakan penyakit yang sangat infeksius disebabkan oleh Bovine herpesvirus-1 (BHV-1).
Mengevaluasi Program Pencegahan Penyekit Infectious pada Ternak
Gejala klinis akibat penyakit ini seperti infeksi pustular vulvovaginithis pada sapi betina atau balanoposthitis pada sapi jantan, konjungtivitis, ensefalitis dan gejala sistemik lainnya seperti demam dan kelesuan (STRAUB, 1990). Infeksi pada sapi betina dewasa dapat menyebabkan penurunan produksi susu, menurunnya tingkat fertilitas, dan keguguran (MILLER et al., 1991)

Mengevaluasi Program Pencegahan Penyekit Infectious pada Ternak

Adapun maksud dari pembalajaran matri ini adalah:
  1. Setelah mempelajari materi tentang mengevaluasi program pencegahan penyakit infectious pada ternak (ruminansia, unggas, dan aneka ternak), peserta diklat mampu menjelaskan karakteristik program pencegahan penyakit menular dengan benar.
  2. Setelah mempelajari materi tentang mengevaluasi program pencegahan penyakit infectious pada ternak (ruminansia, unggas, dan aneka ternak), peserta diklat mampu menilai kelayakan program pencegahan penyakit menular dengan tepat.
  3. Setelah melakukan pencegahan penyakit infectious pada ternak, peserta diklat mampu membuat program pencegahan penyakit menular dengan tepat.
  4. Setelah melakukan pencegahan penyakit infectious pada ternak, peserta diklat mampu melaksanakan program pencegahan penyakit menular dengan baik.

A. KARAKTERISTIK PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR

Pada prinsipnya dalam memelihara ternak diutamakan kebersihan agar ternak tidak terkontaminasi dengan penyakit yang dibawa oleh ternak lain, manusia yang memasuki area farm, mobil, pakan, dll. Sanitasi dengan menyemprotkan cairan disinfektan, kemudian prosedur fumigasi harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan takaran dengan kekuatan fumigasi.

Penyakit yang menyerang ternak ada yang dapat diobati dan ada tidak dapat diobati biasanya ditangkal dengan vaksin. Berikut ini dipaparkan cara melakuan vaksinasi dan usaha lain untuk mengobati ternak.

1. Pencegahan Penyakit Infeksi

a. Program Vaksinasi sebagai Kontrol Kesehatan

Vaksinasi adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan apabila diberikan pada hewan tidak akan menimbulkan penyakit. Mikroorganisme tersebut justru merangsang pembentukan antibodi (zat antikebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan vaksinasi adalah membuat ayam mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap satu penyakit tertentu.
Keberhasilan suatu vaksinasi ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
  1. Faktor tata laksana meliputi cara, waktu vaksinasi, keterampilan vaksinator, dan kondisi lingkungan.
  2. Faktor vaksin meliputi kualitas vaksin, jenis vaksin, dan cara penyimpanan vaksin. Oleh karena vaksin mudah rusak, penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 2—8oC. Selama pengangkutan harus ditambahkan es ke dalam termos tempat vaksin.
  3. Faktor individu yang dimaksud adalah kesehatan ternak. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada ternak sehat karena vaksin merupakan bibit penyakit.
Beberapa metode vaksinasi adalah:
  1. Drink water (DW) atau vaksinasi melalui air minum
  2. Vaksinasi intraocular (tetes mata) dan intranasal (tetes hidung)
  3. Vaksinasi dengan injeksi
    • Intramuscular (IM)/tusuk otot daging
    • Subcutan (bawah kulit)
    • Tusuk sayap
    • Spray
b. Pencegahan Kontaminasi

Pembawa penyakit ternak yang paling sering adalah manusia dan kendaraan pengangkut pakan ayam. Oleh sebab itu, pengunjung lain tidak diizinkan masuk ke dalam lokasi peternakan ayam kecuali benar-benar perlu. Para karyawan sebaiknya tidak hilir mudik dari satu unit ke unit lain. Apabila pekerja terpaksa bergerak dari satu unit ke unit lain, terlebih dahulu harus mandi dengan air dan disinfektan serta berganti pakaian. Untuk kendaraan yang berasal dari luar peternakan, sebelum masuk lokasi peternakan harus disemprot dengan disinfektan. Untuk karyawan sebaiknya disediakan untuk cuci kaki yang dicampur antara disinfektan dengan air.

2. Biosecurity

Biosekuriti merupakan praktik manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia. Biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bio-kontaimen dan bio-ekslusi. Bio-kontaimen adalah pencegahan terhadap datangnya virus terinfeksi dan bio-ekslusi adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar.

Pengertian lainnya, biosekuriti adalah suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, termasuk penyakit-penyakit zoonosis, yang merupakan sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan dan bagian dari kesejahteraan hewan. Biosekuriti juga bisa diartikan sebagai semua praktik-praktik manajemen yang diberlakukan untuk mencegah organisme penyebab penyakit ayam dan zoonosis yang masuk dan keluar peternakan.

Tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah:
  1. meminimalkan keberadaan penyebab penyakit;
  2. meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk semang;
  3. membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin ( Zainuddin dan Wibawan, 2007).
Tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, baik di industri perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut.

Meskipun biosekuriti bukan s a t u - s a t u n y a u p a y a p e n c e g a h a n terhadap serangan penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit (Cardona, 2005). Biosekuriti sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah berbagai penyakit yang mematikan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu set program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarkan hama dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat seperti peternakan tempat penampungan hewan dan rumah potong hewan.

Program biosekuriti meliputi pengendalian pergerakan hewan, peralatan, orang-orang, dan sarana pengangkutan dari luar dan ke farm yang satu ke farm yang lain. Pemisahan jenis unggas, burung liar, binatang pengerat, dan binatang yang diasingkan secara geografis untuk memperkecil penye-baran penyakit. Pemeriksaan prosedur untuk mengurangi infeksi/peradangan jasad renik berbahaya dan pengobatan untuk mencegah atau perlakuan hasil bakteri atau protozoa penyakit.


Pengendalian serangga yang dapat menyebabkan penyakit. Penerapan disinfeksi dan prosedur yang higienis untuk mengurangi tingkat infeksi membasmi mikroorganisme berbahaya dan pengobatan untuk mencegah dan mengobati penyakit bakteri dan protozoa.

Penerapan biosekuriti pada peternakan dapat dilakukan dengan:
  • lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk;
  • rumah tempat tinggal, kandang unggas, serta kandang hewan lainnya ditata pada lokasi terpisah;
  • pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material (hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang dapat membawa agen penyakit;
  • pembatasan secara ketat keluar masuknya orang/tamu/pekerja dan kendaraan dari atau ke lokasi peternakan;
  • setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan;
  • mencegah keluar masuknya tikus (rodensia), serangga, atau unggas lain seperti burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan;
  • unggas dipisahkan berdasarkan spesiesnya;
  • kandang, tempat pakan/minum, sisa alas kandang/litter, dan kotoran kandang dibersihkan secar teratur;
  • tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar dari area peternakan;
  • unggas yang mati harus dibakar atau dikubur;
  • kotoran unggas diolah terlebih dahulu sebelum keluar dari area peternakan;
  • air kotor hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (septic tank) sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.
Isolasi

Isolasi ini diterapkan juga dengan m e m i s a h k a n a y a m b e r d a s a r k a n kelompok umur. Selanjutnya, penerapan manajemen all-in/all-out pada peternakan besar mempraktikkan depopulasi s e c a r a b e r ke s i n a m b u n g a n , s e r t a memberi kesempatan pelaksanaan pembersihan dan desinfeksi seluruh kandang dan peralatan untuk memutus siklus penyakit.

Pengendalian Lalu Lintas Pengendalian lalu lintas ini diterapkan terhadap lalu lintas ke peternakan dan l a l u l i n t a s d i d a l a m p e t e r n a k a n .

Pengendalian lalu lintas ini diterapkan pada manusia, peralatan, barang, dan bahan. Pengendalian ini berupa data penyediaan fasilitas kolam dipping dan spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, penyemprotan disinfektan terhadap peralatan dan kandang, sopir, penjual, dan petugas lainnya dengan mengganti pakaian dengan pakaian khusus. Pemeriksaan kesehatan hewan yang datang serta adanya Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

Sanitasi

Sanitasi ini meliputi praktik disinfeksi bahan, manusia, dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di peternakan. Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan-bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan. Pengertian disinfeksi adalah upaya yang dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari mikroorganisme secara fisik atau kimia, antara lain seperti pembersihan disinfektan, alkohol, NaOH, dan lain-lain.

B. MENILAI KELAYAKAN PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI

1. Pengendalian Penyakit Ternak

Pengendalian penyakit harus dilakukan dalam usaha peternakan, karena menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam usaha tersebut. Program pengendalian penyakit ada dua, yaitu:

a. Program Pencegahan Penyakit dan Kontrol Ternak di Kandang

Pengawasan penyakit seharusnya lebih mudah pada pemeliharaan secara intensif dibanding ekstensif, namun secara umum masalah-masalah yang dihadapi adalah identik.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan sapi potong secara intensif:
  1. Walaupun sapi tidak digembalakan, pengawasan terhadap caplak masih sangat perlu pada daerah yang belum bebas caplak dan jangan dilalaikan.
  2. Pengawasan terhadap parasit dalam, juga masih diperlukan terutama pada ternak yang lebih muda, banyak parasit yang mungkin t e r d a p a t p a d a h i j a u a n y a n g dipotong di lapangan.

2. Program Pencegahan Penyakit dan Kontrol Ternak di Ranch

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penggolongan ternak sapi potong di ranch adalah:
  • Penyakit mulut dan kuku
  • P e n y a k i t - p e n y a k i t w a b a h d a n beberapa parasit eksternal dapat diatasi dengan program pemberantasan bencana, perbaikan produksi dan distribusi vaksin, dan perbaikan makanan serta pengelolaan.
  • Pedet muda lebih mudah terserang penyakit pneumonia pada udara yang sangat lembab.
Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha yang sangat menguntungkan jika dalam pemeliharaannya, peternak menerapkan prinsip pokok tata laksana (manajemen) pemeliharaan yang baik dan efektif. Salah satu prinsip pokok dalam tata laksana pemeliharaan ayam broiler yang perlu diperhatikan oleh peternak adalah manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit pada ayam broiler itu sendiri.

Tidak dapat dimungkiri bahwa tujuan utama dari usaha peternakan ayam broiler adalah menghasilkan produksi yang ma k s ima l . U n t u k me n g h a s i l ka n produksi yang maksimal tentunya ada beberapa sasaran yang harus dicapai yakni tingkat kematian serendah mungkin dan kesehatan ayam broiler terjamin. Ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, oleh sebab itu dalam pemeliharaannya diperlukan manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit yang baik oleh peternak sehingga usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan dapat mencapai produksi yang maksimal.

Faktor yang sangat berpengaruh pada kesehatan ternak adalah lingkungan, jika lingkungan di sekitar kandang kotor akan memudahkan berkembangnya penyakit yang menyerang ayam broiler. Usaha yang dilakukan dimulai dari awal baik sanitasi dan vaksinasi. Sanitasi dilakukan sebelum ayam datang dengan membersihkan lingkungan kandang dan kandang. Feses yang tertinggal dalam kandang dikemas dalam karung yang kemudian d i j u a l s e b a g a i p u p u k k a n d a n g. Kandang dicuci dengan air dan disikat setelah kering kemudian disemprot dengan disinfektan Biosep kemudian diberi dikapur dan diistirahatkan selama seminggu.

Pembersihan kotoran pada lantai kandang berguna untuk menghindari terjangkitnya wabah penyakit, karena ada kotoran yang tidak tertembus disinfektan (Murtidjo, 1992). Tujuan akhir usaha budi daya ayam broiler adalah ayam t u b u h s e h a t , p o t e n s i g e n e t i k (performance) tercapai standar sesuai dengan jenis (strain) ayam yang dipelihara. Parameter yang sering digunakan untuk mengetahui bagus tidaknya potensi genetik (performance) ayam tersebut adalah bebas dari penyakit (sehat), tingkat kematian (mortality) rendah, rataan pertambahan berat badan harian (average daily gain atau ADG) sesuai standar, konversi pakan menjadi daging (feed convertertion ratio atau FCR) tinggi, dan bentuk tubuh sempurna. Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi.

C. MEMBUAT PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT

1. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 

Pada suatu usaha peternakan, program pencegahan dan penanggulangan penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan beberapa kegiatan pokok seperti berikut.
a. Pemeliharaan kesehatan ternak.
b. Pencegahan penyakit menular ternak.
c. Pengendalian penyakit ternak.
d. Pembangunan rumah potong hewan dan unggas.
e. Pengawasan dan peningkatan mutu pangan produk asal ternak
Mengevaluasi Program Pencegahan Penyekit Infectious pada Ternak
Gambar 7.1 Pemeliharaan Kesehatan Ternak
Sebagaimana yang telah didefinisikan, pengendalian terkait dengan setiap program yang diarahkan untuk mengurangi tingkat mortalitas atau kerugian produksi yang disebabkan oleh suatu penyakit. 
Pengendalian dapat dilakukan melalui:
a. pengobatan hewan sakit; dan/atau
b. pencegahan penularan; dan/atau
c. pengurangan dampak penyakit pada hewan yang tertular penyakit.

Program pengendalian akan membutuhkan biaya-biaya yang berhubungan dengan pendeteksian dan pengendalian penyakit atau alasan untuk tetap melakukan program pengendalian.

Program-Program yang Diatur dengan Undang-Undang

B e b e ra p a p ro g ra m p e n ge n d a l i a n penyakit diatur dengan peraturan pemerintah untuk memastikan bahwa p e l a k s a n a a n n y a s e s u a i d e n g a n peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan-peraturan ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pengendalian, perawatan hewan, pemusnahan hewan, dan kompensasi.

Program-program yang diatur dengan u n d a n g - u n d a n g b i a s a n y a u n t u k penyakit-penyakit yang berdampak bagi masyarakat umum seperti penyakit zoonosis. Selain itu, apabila program pengendalian berhasil dilaksanakan dengan baik, program tersebut dapat dilanjutkan dan diadaptasikan ke dalam program pemberantasan penyakit.

Contoh penyakit yang menggunakan program pengendalian yang diatur dengan undang-undang adalah anthrax, rabies, dan penyakit sapi gila (bovine spongiform encephalopathy).

Program Sukarela Berbasis Industri Di banyak negara, pemerintah terus berupaya mengurangi regulasi terkait dengan industri-industri ternak, dan upaya ini biasanya diikuti dengan program pengendalian penyakit secara sukarela yang dilakukan oleh industri.

Program-program ini bergantung pada peternak yang secara sukarela mel a k s a n a k a n p r a k t i k - p r a k t i k y a n g direkomendasikan untuk mengurangi risiko terhadap diri mereka dan produsen- produsen ternak lainnya dan cara ini tidak menggunakan regulasi untuk m e m a s t i k a n b a h w a k e g i a t a n i t u dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Program sukarela ini sangat tergantung pada komunikasi yang efektif serta program penyuluhan untuk mengubah tingkah laku dan sikap peternak serta penyuluh-penyuluh mereka. Selain itu juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa peternak akan menerapkan praktik-praktik yang direkomendasikan tersebut.

Program-program sukarela ini memiliki beberapa aturan pendukung (seperti dukungan legislatif untuk penggunaan deklarasi vendor atau kegiatan-kegiatan pengendalian), namun sebagian besar digunakan untuk program-program pengendalian penyakit yang diatur dengan undang-undang, khususnya apabila manfaat program lebih mengarah ke produsen ternak dibandingkan untuk konsumen atau masyarakat umum. Contoh program sukarela meliputi tahap awal dari pemberantasan penyakit enzootis bovine leucosis pada sapi perah Australia dan program pengendalian penyakit Johnes di banyak negara.

Program-Program Berbasis Jaminan Mutu

Program-program berbasis jaminan mutu tergantung pada pelaksanaan pendekatan penjaminan mutu pengelolaan dan produksi di beberapa peternakan untuk memberikan sumber persediaan ternak yang terjamin mutunya bagi produsen-produsen lainnya.

Program berbasis penjaminan mutu memerlukan partisipasi peternak dalam mengimplementasikan praktik-praktik yang direkomendasikan untuk mencapai hasil yang terjamin mutunya serta didukung oleh proses audit untuk memastikan kesesuaian dan integritas program. Stok ternak dari peternakan yang sudah dijamin mutunya memiliki risiko rendah terhadap penyakit tertentu atau residu kimia, tergantung pada program yang dilaksanakan dan level yang sudah dicapai.

Meskipun program berbasis pada kendali mutu tidak begitu signifikan mengurangi p reve l a n s i w i l a y a h a t a u d a m p a k penyakit atau keadaan yang dikhawatirkan, program ini dapat mengurangi penyebaran penyakit lebih jauh dengan menyediakan sumber persediaan ternak yang berisiko rendah bagi produsenprodusen yang ingin menghindari penyakit-penyakit yang tidak diinginkan di peternakan mereka. Tindakan ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari program-program yang diatur dengan undang-undang atau yang dilaksanakan secara sukarela.

2. Strategi yang Digunakan untuk Pengendalian Penyakit

Penanganan penyakit menular pada populasi hewan tergantung pada ada tidaknya hewan atau kawanan hewan yang terinfeksi penyakit, ada tidaknya hewan atau kawanan hewan yang diduga terinfeksi penyakit, dan kontak antara hewan yang terinfeksi dengan yang diduga terinfeksi penyakit. Penyakit akan tetap ada dalam populasi hewan atau kawanan hewan apabila kondisi tersebut masih sama.

Strategi utama pengendalian dan pemberantasan penyakit-penyakit hewan meliputi:
  1. Karantina: Pemisahan hewan-hewan yang sakit (atau hewan yang diduga sakit) sehingga risiko penyebaran penyakit ke hewan lainnya yang diduga sakit dapat dikurangi. Seringkali diikuti dengan upaya-upaya keamanan lainnya terkait dengan pengendalian lalu lintas hewan, kebersihan, dan membasmi kuman.
  2. Pemotongan hewan sakit: Dapat diikuti dengan pemotongan hewan yang berisiko tinggi dalam upaya pengendalian penyakit darurat (misalnya wabah penyakit mulut dan kaki di beberapa negara) dan pemusnahan bangkai hewan serta bahanbahan yang terinfeksi lainnya.
  3. V a k s i n a s i : D a p a t m e n g u r a n g i penyebaran penyakit selama terjadinya wabah atau sebagai bagian dari program jangka panjang pemberantasan penyakit untuk mengurangi penyebaran infeksi.
  4. Pengobatan: Administrasi obat-obatan (antibiotik atau anthelmintik) dapat digunakan sebagai bagian dari program pengendalian atau untuk mengurangi risiko penyakit yang terjadi.
  5. Pengendalian lalu lintas hewan: Seringkali dilakukan sebagai bagian dari upaya karantina untuk mencegah penyebaran penyakit. Dapat juga digunakan secara lebih rutin misalnya pengawasan penggembalaan ternak dalam upaya penatalaksanaan parasit internal atau lalu lintas hewan yang keluar dari daerah berisiko tinggi dalam waktu tertentu di sepanjang tahun untuk menghindari vektor penyakit atau membawa hewan ke dalam ruangan pada malam hari di Afrika untuk mengurangi risiko terkena penyakit African horse sickness yang dibawa oleh sejenis agas malam.
  6. Pengendalian vektor dan reservoir penyakit: Penyakit menular dapat ditularkan oleh serangga penular penyakit atau induk reservoir berbeda (Nipah virus). Pengendalian vektor dan induk reservoir akan membantu pengendalian penyakit.
  7. Upaya-upaya keamanan: Upaya-upaya keamanan meliputi kebersihan, pembasmian kuman, dan upaya-upaya pengelolaan lainnya yang dapat mengurangi penyebaran penyakit. Dapat dilakukan di tingkat hewan, kawanan hewan, peternakan, atau wilayah.
Surveilans

Istilah surveilans menggambarkan proses aktif suatu data kasus penyakit dikumpulkan, dianalisis, dievaluasi, dan d i l a p o r k a n ke l e m b a g a - l e m b a g a kesehatan hewan yang memiliki tugas pengendalian penyakit. Biasanya program surveilans mencakup beberapa penyakit dalam satu waktu pelaksanaan program karena banyaknya biaya yang harus dikeluarkan.

Program surveilans yang efektif akan mampu menjawab sejumlah pertanyaanpertanyaan penting yang berhubungan dengan pengendalian penyakit:
  • Apakah kasus terjadinya penyakit bersifat konstan, meningkat, atau menurun?
  • Bagaimana perbandingan rata-rata kasus terjadinya penyakit yang satu dengan penyakit lainnya?
  • Apakah ada perbedaan pola kondisi geografis?
  • Apakah penyakit berdampak pada produktifitas dan/atau profitabilitas?
  • Apakah ada penyakit yang tidak menjangkiti satu kawanan ternak, wilayah atau negara tertentu?
  • Apakah program pengendalian dan pemberantasan penyakit memberi dampak yang efektif?
Sumber data program surveilans meliputi evaluasi klinis, laporan laboratorium, data pemeriksaan pemotongan hewan, uji tapis, laporan pemilik hewan, dan program uji tapis di peternakan. Program surveilans atau monitoring dapat dikembangkan pada tingkat yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat kebutuhan informasi. Beberapa contoh dijelaskan berikut ini.
  • Program surveilans untuk usaha ternak perseorangan—biasanya mencakup monitoring parameter produksi yang bersifat ekonomis, seperti angka kematian, jumlah sel radang yang terkandung di dalam susu dihitung sebagai indikator mastitis, angka pertumbuhan, produksi susu, angka kematian, dll.
  • Program surveilans untuk wilayah di dalam suatu negara (kabupaten, provinsi, negara bagian, dll) meliputi pengujian untuk mendeteksi hewan atau kawanan hewan yang terjangkiti penyakit dan untuk mendukung penyakit di tingkat wilayah.
  • Surveilans untuk mengidentifikasi hewan atau kawanan hewan yang t e r t u l a r p e n y a k i t m e r u p a k a n komponen penting dari program pengendalian atau pemberantasan penyakit.
Untuk program-program tersebut, surveilans dapat difokuskan pada usaha ternak perseorangan (misalnya program uji brucellosis atau pemberantasan bovine tuberculosis) atau program-program untuk rumah potong, atau bisa juga menggunakan sampel-sampel agregat, seperti susu dalam jumlah besar atau kumpulan kotoran ternak, atau dapat juga menggunakan sampel yang bukan dari peternakan seperti pabrik susu atau rumah potong (misalnya, pemeriksaan susu untuk mengidentifikasi brucellosis yang menulari kawanan ternak). Apabila hewan atau peternakan yang tertular penyakit telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menggunakan satu atau lebih cara yang dibahas berikut ini.

Penelusuran

Penelusuran lalu lintas hewan ternak merupakan salah satu cara penting untuk mendeteksi kawanan hewan yang tertular penyakit. Untuk tujuan pengendalian penyakit, penelusuran biasanya mencakup hal seperti identifikasi peternakan yang tertular penyakit melalui penelusuran lalu lintas hewan yang tertular atau terkena penyakit.

Pengujian lanjutan biasanya dilakukan t e r h a d a p p e t e r n a k a n y a n g t e l a h diidentifikasi menetapkan status penularan penyakit mereka. Apabila status penularan penyakit di peternakan tidak dapat ditetapkan sesegera mungkin, harus dilakukan upaya karantina hingga situasi tersebut dapat diatasi.

Kegiatan penelusuran lebih mudah dilaksanakan dan lebih dapat dipercaya karena konsisten menggunakan identifikasi hal-hal yang menjadi ciri khas hewan serta sistem identifikasi hewan nasional yang cakap dalam menelusuri lalu lintas hewan ternak dari waktu ke waktu. Contoh dari sistem ini adalah National Livestock Identification System (NLIS) Australia.

Dalam hal tidak adanya pangkalan data yang komprehensif terkait lalu lintas hewan, penelusuran tergantung pada wawancara dengan pemilik hewan yang tertular atau terkena penyakit untuk mengidentifikasi hewan atau lalu lintas lainnya yang berpotensi telah menyebarkan penyakit. Investigasi juga dapat mencakup diskusi dan penelaahan catatan dari agen-agen hewan ternak, pusat persediaan hewan ternak untuk dijual, tempat pengolahan susu, dan rumah potong.

Penelusuran yang efektif juga dapat menghabiskan sumber daya dalam jumlah yang besar baik untuk identifikasi lalu lintas ke dan dari peternakan yang telah tertular penyakit, dan juga identifikasi serta investigasi lanjutan terkait sumber atau tujuan properti. Namun demikian, penelaahan dari catatan-catatan yang ditelusuri dapat membantu memahami epidemiologi dan distribusi penyakit selama terjadinya wabah.

Mengurangi Jumlah Induk yang Tertular Penyakit

1. Pemotongan

Pemotongan satu ekor hewan atau hewan-hewan yang terkena kontak atau juga keseluruhan kawanan hewan yang tertular penyakit bisa dijadikan pilihan, tergantung pada sifat penyakit d a n p r o g r a m y a n g d i l a k u k a n .

Pemotongan hewan dan kawanan hewan ternak yang tertular penyakit berdampak cepat terhadap pengupembebasan rangan jumlah hewan yang tertular penyakit di dalam suatu populasi dan m e n g u ra n g i ke s e m p a t a n u n t u k penyebaran penyakit secara signifikan.

Namun, apabila hewan ternak tidak diselamatkan dengan proses pemotongan secara normal, hal ini akan menghabiskan biaya yang cukup signifikan khususnya untuk mendeteksi hewan-hewan yang tertular penyakit dan biaya untuk kompensasi dan pemusnahan hewan yang tertular penyakit.

Pemotongan stok dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung pada jenis dan skala program:
  • Pemusnahan sesegera mungkin hewan-hewan yang terjangkit/ terpapar penyakit pada keadaan darurat seperti respons terhadap wabah penyakit eksotik (misalnya, program pemberantasan penyakit mulut dan kaki dan penyakit sapi gila).
  • Program teknik uji dan bila positif dilakukan potong bersyarat biasanya dilakukan di masa lalu untuk memberantas penyakit-penyakit tertentu (bovine brucellosis dan tuberculosis di Australia). Dalam kasus ini, hewan-hewan diuji dan hanya yang diperkirakan positif terjangkit penyakit yang akan dipotong.
  • Depopulasi kawanan ternak dapat dilakukan pada keadaan yang sangat ekstrem atau untuk permasalahan terkait dengan kawanan ternak di mana program pemberant a s a n d e n g a n m e n g g u n a k a n metode lain gagal (misalnya, penyakit mulut dan kaki, penyakit s a p i g i l a d i I n g g r i s ; b o v i n e tuberculosis dan brucellosis pada kawanan ternak seperti yang terjadi pada program pemberantasan brucellosis dan tuberculosis di Australia).
  • Pemotongan atau pengafkiran hewan ternak perseorangan juga dapat dilakukan pada keadaan yang tidak darurat sebagai bagian dari program sukarela atau program yang diatur dengan undang-undang k h u s u s n y a u n t u k b e b e r a p a penyakit (misalnya penyakit kaki busuk atau ovine brucellosis pada domba dan chronic mastitis pada sapi perah).
Pengobatan Hewan Ternak

Apabila memungkinkan, pengobatan (therapeutik atau preventif) dapat dilakukan untuk mengobati hewan yang terinfeksi atau terpapar penyakit serta untuk mengurangi prevelansi. Misalnya, persiapan antibiotik dapat digunakan untuk mengobati kasus-kasus mastitis dan persiapan disinfeksi dapat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi baru.
Gambar 7.2 Pengobatan Ternak Sakit
Kegiatan Pendukung

1. Komunikasi, Pendidikan, dan Pelatihan

Dukungan produsen dan masyarakat umum terhadap program dan kepatuhan produsen dengan persyaratan program yang harus diikuti merupakan suatu hal penting untuk memastikan keberhasilan p ro g r a m . Ta n p a a d a n y a p ro g r a m pendidikan dan komunikasi yang efektif, dukungan produsen di level yang lebih t i n g g i d a n k h u s u s n y a ke p a t u h a n produsen tidak mungkin dapat dicapai.

Pesan program haruslah sederhana dan konsisten, dan pada banyak kasus diperlukan upaya yang lebih substansial untuk merubah sikap peternak dan penyuluh peternakan mereka dalam upaya pengendalian penyakit dan terkait dengan tindakan-tindakan mereka dalam menangani risiko penyakit.

P e n d i d i k a n d a n p e l a t i h a n j u g a me r u p a ka n u n s u r p e n t i n g, u n t u k memberikan informasi dan pendidikan bagi peternak dan penyuluh peternakan mereka terkait aspek-aspek teknis penyakit dan program.

Perubahan dari program yang diatur dengan undang-undang ke program sukarela sangat penting sehingga peternak secara sukarela mau mengubah praktik-praktik yang biasa mereka lakukan untuk mengurangi risiko penyakit dengan menggunakan dana mereka sendiri untuk jangka pendek.

2. Penilaian Risiko

Program pengendalian penyakit secara tradisional tergantung pada manajemen karantina dan pengendalian lalu lintas untuk membatasi penyebaran penyakit dengan asumsi bahwa tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara efektif. Pengendalian lalu lintas biasanya didasarkan pada pendekatan risiko untuk mencegah penyebaran infeksi.

Dengan upaya untuk dapat melakukan program-program yang lebih bersifat sukarela, dan karena tidak ada kebijakan tanpa risiko, penilaian risiko menjadi aspek penting dari suatu program pengendalian dan pemberantasan penyakit. Pendekatan penilaian risiko memungkinkan pemahaman menyeluruh tentang epidemiologi penyakit, sehingga risiko sesungguhnya terkait dengan pilihan-pilihan yang bisa d i l a k u k a n d a p a t d i e v a l u a s i d a n dikomunikasikan secara tepat.

Juga penting untuk dicatat bahwa di dalam terminologi analisis risiko, risiko meliputi unsur-unsur yang berhubungan dengan kejadian penyakit dan konsekuensi- konsekuensi yang mungkin terjadi. Sebaliknya, definisi risiko b e rd a s a r ka n e p i d emi o l og i h a n y a berhubungan dengan kejadian penyakit saja.

Meningkatnya perubahan untuk menggunakan pendekatan berbasis risiko dan program pengendalian yang dilakukan secara sukarela secara kebetulan bersamaan dengan menurunnya belanja pemerintah terkait dengan pengendalian penyakit dan meningkatnya ketergantungan pada industri peternakan untuk mendanai dan mengelola program dengan hanya sedikit input dari pemerintah.

3. Analisis Ekonomi

Analisis biaya manfaat dalam menentukan apakah program memberi manfaat penting untuk dilakukan, selain itu, setiap program juga perlu dilakukan analisis ekonomi. Analisis-analisis ini harus diarahkan untuk menentukan apakah pencapaian tujuan program masih dapat dicapai secara ekonomis, juga untuk menentukan pilihan-pilihan program pengendalian yang dapat dilakukan dengan biaya yang paling ekonomis dan efektif.

4. Identifikasi Hewan

Identifikasi hewan berdasarkan asalnya (atau asal kelahirannya) merupakan komponen penting dari program surveilans yang efektif untuk mendeteksi kelompok ternak yang tertular penyakit. Misalnya, pemeriksaan rumah potong domba dewasa merupakan bagian penting dari program surveilans penyakit ovine johnes di Australia. Sistem identifikasi kelompok ternak Australia memungkinkan dilakukannya penelusuran cepat asal domba yang telah diperiksa tersebut sehingga dapat diketahui status kesehatannya apakah positif atau negatif.

Riwayat pemeriksaan dapat dibuat untuk setiap kelompok ternak dan wilayah sehingga akan memberikan tingkat jaminan yang lebih baik untuk kelompok ternak dan wilayan dengan risiko rendah dan akan memungkinkan dilakukan estimasi dan monitoring prevelansi kelompok ternak berbasis wilayah. Saat ini banyak negara telah memiliki sistem identifikasi sapi dan passport untuk mendukung kemampuan penelusuran hewan dan produk apabila wabah penyakit sapi gila muncul.

Identifikasi hewan di tempat asal penting untuk dilakukan baik di rumah p o t o n g a t a u h ew a n u n t u k d i j u a l antarpeternakan, untuk mendukung penelusuran cepat dari lalu lintas hewan pada kasus-kasus terjadinya wabah penyakit darurat, seperti penyakit mulut dan kaki atau penyakit sapi gila atau kejadian-kejadian residu kimia.

Identifikasi hewan secara permanen di peternakan juga merupakan suatu cara penting dan berguna pada setiap program yang tergantung pada pengujian dan pemeriksaan hewan. Identifikasi hewan yang dilakukan secara khusus memungkinkan hewan yang perlu tindakan lebih lanjut (seperti pengafkiran atau pengobatan) untuk memudahkan diidentifikasi untuk tindakan tersebut sebagaimana diperlukan.

D. MELAKSANAKAN PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR

1. Merancang Program Kesehatan Ternak

Tantangan untuk merancang program kesehatan hewan adalah bagaimana mengkombinasikan semua unsur agar dapat menghasilkan efektivitas biaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kegiatan kegiatan utama dalam perencanaan dan rancangan program kesehatan hewan regional yang sesuai meliputi:
  • Bagaimana situasi terkini (seberapa umum penyakit tersebut, masukan, dan alat-alat yang tersedia, dll)?
  • Seperti apakah situasi yang diharapkan?
  • Apakah program pendekatan yang tepat?
  • Apakah program yang dilakukan ini akan berhasil?
  • Apakah program yang diusulkan akan menjadi program sukarela atau yang diatur dengan undang-undang?
  • Alat pengendalian apa yang tersedia dan dapat digunakan di dalam program yang dapat mengefektifkan halhal yang menjadi fokus program?
  • Sumber daya apakah yang tersedia untuk melaksanakan program?
  • Apakah program yang diusulkan akan berhasil dilaksanakan?
  • Siapa penerima manfaat utama dari program ini?
  • Bagaimana program akan didanai?
  • Bagaimana program akan dikelola?
Pada sebagian besar kasus, setiap program terdiri atas satu atau beberapa strategi yang dibahas di atas. Apabila program dan strategi yang sesuai telah diidentifikasi dan cara penerapannya telah ditetapkan, maka rencana bisnis dan operasional program secara terperinci dapat disusun.

Rencana program menjelaskan tentang manajemen dan operasi program dan harus mencakup:
  • Mendefinisikan tujuan atau sasaran program secara keseluruhan;
  • Mengidentifikasi sasaran khusus, perkembangan yang dapat diukur dan dilaporkan;
  • Memberikan penjelasan lengkap tentang bagaimana program akan dikelola;
  • Mendefinisikan peran dan tanggung jawab organisasi dan personil inti yang ikut serta dalam program;
  • Memasukkan anggaran rinci dan sumber-sumber pendanaan program;
  • Mengidentifikasi peraturan dan undang-undang yang diperlukan atau tersedia untuk mendukung program;
  • Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk mengimplementasikan program dan dari mana sumber daya tersebut berasal;
  • Mendefinisikan acuan waktu, sasaran, dan proses monitoring untuk mengevaluasi perkembangan program; dan 
  • Memberikan poin-poin dan kriteria keputusan untuk keputusan penting seperti apakah program akan dilanjutkan, diubah, atau ditinggalkan.
Pada beberapa kasus, suatu perencanaan program dapat dibagi menjadi rencana bisnis yang mencakup tujuan-tujuan yang lebih luas, manajemen, tanggung jawab, dan pendanaan; dan yang lainnya adalah rencana operasional (biasanya ditinjau secara tahunan) yang memberikan rincian program tentang sasaran khusus, sumber daya, dan kegiatan operasional sehari-hari.

2. Pemantauan Kinerja Program Kesehatan Ternak

Keberhasilan suatu program kesehatan hewan sangat bervariasi, tergantung pada faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, jika kinerja program tidak dimonitor dan tidak ditinjau secara reguler, pemangku kepentingan tidak akan mengetahui apakah program berhasil atau tidak. Oleh karenanya, pemantauan terhadap kinerja program yang sedang dilakukan dan peninjauan kembali pencapaianpencapaian berdasarkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan penting bagi setiap program kesehatan hewan.

Penting untuk memantau kinerja baik secara finansial maupun berdasarkan sasaran-sasaran kesehatan hewan yang ingin dicapai. Sebuah program dapat dijalankan dengan sangat efisien dalam hal keuangannya dan tetap bagus dalam hal anggarannya, namun gagal mencapai sasaran-sasaran kesehatan hewan, dan sebaliknya, bisa saja menunjukkan kegagalan program secara signifikan.

Sebagai bagian dari proses perencanaan, harus dilakukan kembali peninjauan terhadap perkembangan sasaran yang ingin dicapai. Apabila pada tahap peninjauan kembali sasaran program belum dapat dicapai, hal ini harus menjadi pemicu respons untuk mengidentifikasi mengapa sasaran-sasaran ini tidak dapat dicapai, dan selanjutnya agar dapat dilakukan tindakan untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan ini. Pada beberapa kasus, rencana bisnis atau rencana operasional serta anggaran mungkin harus ditinjau kembali dan mungkin harus diubah. Pada beberapa kasus berat perombakan program secara menyeluruh mungkin perlu dilakukan. Penyakit hewan memiliki dampak yang beragam dan dapat dipresentasikan dengan istilah ekonomi yang berbeda-beda.

Para ekonom menggunakan unit moneter (dolar) untuk menginformasikan pengambilan keputusan yang rasional tentang alokasi sumber daya yang sukar didapat dan di antara pilihat yang bersaing. Para ekonom biasanya memfokuskan pada penggunaan sumber daya (masukan) yang pada gilirannya

akan menghasilkan barang (keluaran). Keluaran ini kemudian menghasilkan beberapa bentuk manfaat untuk manusia melalui pasar (produk yang digunakan atau dibeli konsumen). Analisis ekonomi bisa saja rumit dan sulit untuk dipahami karena merefleksikan kerumitan sistem produksi hewan dan kesulitan dalam menggambarkan dan menilai dampak-dampak yang berpotensi terjadi di peternakan dan tingkat nasional.

Data yang Diperlukan untuk Evaluasi Ekonomi

Untuk melakukan analisis ekonomi u n t u k memb a n d i n g k a n o p s i - o p s i pengendalian dan pemberantasan, adalah penting untuk mengumpulkan serangkaian data dan informasi yang meliputi:
a. Sistem produksi ternak atau sistem (jika ada beberapa sistem berbeda) secara rinci yang mampu memberikan gambaran tentang produksi dengan atau tanpa penyakit. Biasanya akan membutuhkan beberapa contoh untuk memberikan simulasi tentang sistem produksi (jumlah bibit betina, jumlah yang hamil, jumlah anak sapi yang lahir, angka kerugian tahunan, jumlah yang mati, dll).
b. Kasus dan dampak penyakit pada sistem produksi ternak (dampak mortalitas, morbiditas, produksi) dan faktor-faktor di luar sistem produksi.
c. Tindakan pengendalian yang mungkin dilakukan termasuk dampaknya pada kasus penyakit, produksi ternak, dan harga pasar.
d. Rincian biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan opsi-opsi pengendalian yang berbeda-beda.

CAKRAWALA

Penyakit tetelo adalah penyakit ayam yang bisa mematikan. Berikut adalah obat tradisional yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit tetelo.
Bahan baku:
  • Daun papaya
  • Temuireng/temulawak
  • Kulit bawang putih
  • Kulit bawang merah
  • Daun teh
  • Daun salam
  • Daun singkong
Cara pembuatan:
  1. Semua bahan diiris tipis-tipis,
  2. masukkan ke dalam panci berisi air,
  3. rebus sampai mendidih.
  4. Setelah mendidih, matikan kompor, dan
  5. diamkan ramuan ini beberapa saat sampai suhunya menjadi hangat-hangat kuku.
  6. Air rebusan disaring.
  7. Ampasnya jangan dibuang, karena masih bisa digunakan untuk campuran pakan basah pada itik/ayam, atau dikeringkan untuk dicampur dengan voer burung.
  8. Ampas ini juga dapat membantu mencegah burung dari berbagai penyakit akibat virus dan bakteri, termasuk tetelo dan flu burung.
Cara pakai:
  1. Untuk burung yang biasa dipegang,
  2. air rebusan ini bisa diteteskan langsung ke paruh burung,
  3. dengan dosis 2 sendok makan (sekitar 5 ml atau 5 cc).
  4. Untuk burung yang belum terbiasa dipegang, 1 bagian air rebusan bisa dicampurkan ke dalam 3-4 bagian air minum.
  5. Menjelang pancaroba atau pergantian musim (Oktober-November dan April-Mei), ramuan ini bisa berikan setiap 2-3 hari sekali.
  6. Di luar musim pancaroba, pemberian cukup 1 minggu sekali.
Sumber:
http://ragamcarabeternak.blogspot.com/201 4 / 0 3 / c a r a - m e m b u a t - r e s e p - o b a t - tradisional.html

------------------------------------------------

LEMBAR KERJA SISWA
Judul : Sanitasi Kandang
Tujuan : Peserta diklat dapat melakukan sanitasi kandang dengan benar.

Alat dan bahan :
  1. Disinfektan (KMnO4)
  2. Air
  3. Ember
  4. Sprayer
Keselamatan kerja:
  • Gunakan baju lapangan
  • Masker
  • Sarung tangan
  • Hati-hati dalam bekerja
Langkah kerja:
  • Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
  • Hitunglah kebutuhan KMnO4 yang dibutuhkan
  • Larutkan disinfektan dengan benar d. Lakukan penyemprotan pada semua bagian kandang
  • Buatlah laporan dengan teliti
------------------------------------------------

Demikian langkah dalam mengevaluasi program pencegahan penyakit infectious pada ternak yang bisa kami paparkan untuk anda. Semoga bisa bermanfaat.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar